Foto Tn Jan Pieter Karel Van Eechoud.doc het geughen |
Jan Pieter Karel Van Eechoud lahir di Horst Belanda tanggal
10 Agustus 1904 dan wafat di Hollandia (sekarang Jayapura) pada tanggal 7
September 1958, meraih gelar diploma dari Kolese Kanisius Nijmagen, setelah itu
mengikuti pendidikan sebagai pilot.
Pada Tahun 1929 mulai bermukim di Hindia Belanda (Indonesia)
dan tercatat mengikuti pendidikan kepolisian di sukabumi jawa barat pada tahun
1931. Beliau pernah bertugas dengan Pangkat Komisaris Polisi Tingkat III di
Batavia.
Sejak 1936 bertugas di Manokwari sebagai Komisaris Polisi
Tingkat II, dan selama Perang Dunia ke II van eechoud bertugas sebagai
Intelijen di Australia, dimana akhirnya beliau berkenalan dengan Van Mook
(Gubernur Jendral Hindia Belanda).
Setelah Perang berakhir, van eechoud banyak melakukan perjalanan
ke daerah- daerah pedalaman di Papua, bersama dengan victor de bruyn, seorang
doktor etnografi belanda kelahiran malang. Van Eechoud dianggap melakukan
pemulihan dalam pemerintahan Belanda di Papua.
Setelah Perang berakhir, Amerika menyerahkan kekuasan sipil
kepada NICA (Netherlands Indie Civil Administration). Dalam strukturnya, pemimpin NICA di daerah di
kenal dengan SONICA (Senior Officers Netherlands Indie Civil Administration).
Sonica pertama yang di tugaskan di Hollandia (Jayapura) pada
tahun 1940, adalah Kolonel C.Giebel. Kemudian Van Eechoud diangkat sebagai
Sonica dan setelah penyerahan kekuasaan dari militer ke sipil untuk menjalankan
pemerintahan di sana, van eechoud pun diangkat sebagai Residen di Tahun 1944.
Setidaknya ada 3 (tiga) policy yang akan di jalankan
Pemerintah Kerajaan Belanda di Papua, yaitu, pertama : kemungkinan pembangunan wilayah baru bagi
keturunan indo- belanda (campuran belanda- indonesia) yang mulai terdesak baik
di Belanda, maupun di Indonesia, kedua : membatasi ekspansi komunis,dan yang ketiga : memberikan kemerdekaan kepada rakyat Papua
(http://www.papuaweb.org/dlib/s123/geus/summary.pdf).
JP. Van Eechoud terkenal dengan nota atau reportnya yang di
tulis tanggal 25 September 1944, yang antara lain mengkritik dengan keras
perlakuan amtenar-amtenar (pegawai) asal Indonesia Timur seperti ambon, kei,
dan manado, yang menurut beliau menyengsarakan orang papua dengan banyak cara.
Mereka sangat menghina dan hampir- hampir tidak memandang
mereka (orang papua) sebagai manusia, merendahkan mereka dan menghambat
perkembangan mereka (lihat pj.drooglever,tindakan pilihan bebas! Orang Papua
dan Penentuan Nasib Sendiri, Kanisius Yogyakarta, 2010, hlm 90) Isi Nota ini
intinya adalah harus memaksimalkan kemampuan dari orang asli Papua, karena
sudah merupakan hak orang Papua untuk menentukan nasib mereka sendiri. Langkah
awal yang di lakukan van eechoud adalah membentuk Batalyon Papua (Papoea
Vrijwilligers Corps) yang terdiri dari 650 orang Papua. Kemudian di tahun yang
sama beliau mendirikan satu sekolah pemerintahan sementara (Kursus
Bestuurschool Spoed). Sekolah ini dimaksudkan untuk menampung orang asli papua
yang tidak dapat melanjutkan pendidikan di Miei, akibat Jepang menutup sekolah
tersebut di tahun 1942.
Dalam prosesnya sekolah ini menghasilkan 150 orang tenaga
administratur pemerintahan orang asli papua. Angkatan I Kursus Bestuurshool
inilah yang merupakan elit- elit Papua yang di kenal pada waktu itu, seperti :
Markus Kaisepo, Frans Kaisepo dan Nicolaas Jouwe. Sekolah ini kemudian berubah
nama menjadi Opleidingsschool voor Berstuurambtenaren (OSIBA) atau sekolah
pendidikan pegawai pemerintah. Hal lain yang dilakukan beliau yaitu, membentuk
4 detasemen polisi khusus orang asli papua di tahun 1947.
Van Eechoud berpendapat bahwa, pengembangan Papua saat itu
merupakan fokus atau prioritas pembangunan Pemerintah Belanda, namun demikian
pengembangan sebagaimana di maksud, harus memperhatikan kebudayaan, karena yang
hendak di ciptakan bukanlah manusia barat atau eropa yang tinggal di Papua,
tetapi bagaimana menciptakan manusia papua yang siap menghadapi perubahan.
Ada beberapa hal yang saya lihat dari figur beliau, menurut
saya, terlepas dari segala policy yang di ambil pemerintah kerajaan belanda
yang akan menjadikan papua sebagai wilayah koloni yang akan di huni oleh
keturunan Indo- Belanda tentunya, van eechoud memiliki ambisi, dan komitmen
yang kuat untuk meningkatkan kemampuan orang asli papua pada saat itu.
Papuanisasi yang di jalankan hari ini di Papua, harus di akui terinspirasi dari
hal yang di lakukan oleh Eechoud di jaman itu. Van Eechoud dianggap berhasil
memulihkan keadaan pasca perang dunia II di wilayah Papua, dalam masanya
menjadi seorang Residen (1944-1950).
Dalam sejarah Pemerintahan Dalam Negeri, JP.Van Echoud
merupakan satu- satunya Residen yang tidak mengenyam pendidikan standar baik di
Leiden ataupun Utrecht seperti residen- residen kerajaan Belanda yang lain,
beliau adalah seorang Komisaris Polisi yang kemudian mampu berimprovisasi
dengan keadaan pada saat itu. Hal ini yang diperlukan dalam pembangunan di
Papua, IMPROVISASI. Semua yang di lakukan oleh beliau ini berdampak pada di
berikannya gelar Bapa Papoea. Semoga bermanfaat....SALAM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar