Senin, 25 Oktober 2021

𝗦𝗘𝗝𝗔𝗥𝗔𝗛 “𝗟𝗔𝗛𝗜𝗥𝗡𝗬𝗔 𝗘𝗩𝗔𝗡𝗚𝗘𝗟𝗜𝗦𝗖𝗛 𝗖𝗛𝗥𝗜𝗧𝗘𝗟𝗜𝗝𝗞𝗘 𝗞𝗘𝗥𝗞 𝗗𝗜 𝗞𝗘𝗥𝗞 𝗗𝗘𝗥 𝗛𝗢𝗢𝗣, 𝗛𝗢𝗟𝗟𝗔𝗡𝗗𝗜𝗔 𝗕𝗜𝗡𝗘𝗡 𝟭𝟵𝟱𝟲”

 

Gedung Gereja Harapan, Abepura, Kota Jayapura.

Pendahuluan

Pekerjaan Pekabaran Injil di Nieuw Guinea dimulai dari pulau Mansinam, ketika Ottow dan Geissler tiba pada 5 Februari 1855, dengan memanjatkan doa sulung yang berbunyi:”Dengan Nama TUHAN Kami Menginjak Tanah Ini”. Meterai doa ini menjadi dasar pekerjaan para untusan Zending dalam pemberitaan Injil, diseluruh pelosok tanah Papua. Dari “Kerk der Hoop” di Mansinam (1864), Perahu Injil itu bergerak menyusuri pesisir pantai Utara menuju Yende-Roon (1883), Windesi (1889) Maudori, Numfor (1908), Sowek, Korido (1909), dan Tanah Tabi 1910, Biak (1911). Dalam periode 1855-1940/41, pekerjaan Zending menunjukan kemajuan yang cukup pesat, dengan membangun sejumlah pos pelayanan dan sekolah yang berbasis jemaat ditiap kampung di wilayah bagian Utara Tanah Nieuw Guinea dan beberapa daerah di Selatan dan Pegunungan Tengah, khususnya di Wissel Meren, Yali dan Anggruk.

Untuk wilayah Hollandia, Zending UZV sudah menaruh perhatian terhadap kehidupan orang-orang di daerah Hollandia, khususnya masyarakat Tobati, Enggros dan Nafri sudah sejak 1862, namun tidak secara langsung UZV mengirim seorang utusanya di wilayah Tabi, nanti di tahun 1893, G.L.Bink tiba di Teluk Yos Sudarso dan tinggal selam 3 bulan untuk melakukan pencatatan tata bahasa Yotefa. Minat terhadap guru baru disampaikan kepada UZV pada tahun 1908, setelah Zendeling F.J. F. van Hasselt, mengunjungi Teluk Yotefa tahun 1897. Proses pekerjaan Zending baru dimulai dua tahun kemudian yakni pada tahun 1910 di Pulau Metudebi, Kampung Tabati-Enggros.

Jemaat Harapan Abepura, merupakan jemaat kotawi pertama di Hollandia Binnen yang lahir dari buah pelayanan Zending di Nieuw Guinea. Jemaat ini baru dibentuk sekitar tahun 1943 ketika daerah Hollandia dan sekitarnya berada dalam masa-masa akhir PD II. Pelayan jemaat pertama yang melayani persekutun Ebenhaezer tersebut adalah Pdt. W. Watimena, (1943-1949) dibantu dua orang Majelis yaitu, Penatua D. Lanoh dan Penatua P. Watebosi. Buah pelayanan dari persekutuan ini adalah terlaksananya peneguhan Sidi Jemaat Pertama sebagai jemaat inti, yang berlangsung pada bulan Maret 1947. 

Pada Periode 1949-1953, pelayanan yang melayani dalam persekutuan jemaat Ebenhazer adalah Guru Jemaat; Grj. J. B. Jonathan dan Grj. T. Janis, dan pada bulan Maret 1949, diadakan peneguhan Majelis Jemaat periode kedua berjumlah 5 orang, antara lain; Penatua D.Lanoh, Penatua P.Watebosi, Penatua F. Kubuan, Penatua E. Mantundoy dan Penatua D. Akwan. Persekutuan Jemaat Ebenhaezer ini terus menjalankan peribadahan dengan berpindah-pindah tempat dan antara tahun 1947-1952, jemaat ini menggunakan wisma Salapuda, sebagai tempat ibadah sambil mencari lokasi untuk pembangunan gedung gereja yang permanen.

Pergumulan untuk memperoleh lokasi tanah guna pembangunan gedung gereja permanen mendapat hasil positif, ketika itu (sekitar tahun 1950-an terjadi komunikasi antara badan pelayan Jemaat dengan para Ondoafi dan Ondofolo Yoka) mendapat respons positif maka lokasi di jalan teluk Etna menjadi tempat pembangunan Gedung Gereja, tanah tersebut diberikan oleh Ondofolo Mesak K. Mebri, maka antara tahun 1952-1953 proses pembangunan gedung gereja pertama berlangsung dan dikerjakan oleh siswa LTS dibawah pimpinan Henk Heynes, di rampungkan antara bulan Januari-Februari, sehingga pada awal bulan baru tepatnya tanggal, 3 Maret 1953 gedung gereja tersebut diresmikan dan persekutuan Jemaat Ebenhaezer berganti nama menjadi “Kerk der Hoop” (Gereja Harapan). Setelah gereja permanen ini dibangun dan dapat digunakan sebagai tempat peribadahan tetap, pelayan jemaat yang melayani adalah Pdt. H. Morimuzendi sebagai pelayan tetap yang pertama, sedangkan susunan Majelis Jemaat masih tetap 5 orang. Buah pelayanan dari majelis periode ketiga ini, pada pada tanggal, 12 Desember 1954 berlangsung peneguhan anggota sidi baru yang kedua berjumlah 72 dalam gereja Kerk der Hoop.

Dengan berdirinya Gedung gereja “Kerk der Hoop” dan adanya pelayan tetap dan majelis maka Gereja ini ditetapkan sebagai tempat pelaksanaan Sidang Sinode Pertama, hasil konfrensi Proto Sinode 1954 di Serui. Maka pada pada tanggal, 18-29 Oktober 1956, di Gedung Gereja Kerk de Hoop di Hollandia Binnen dilaksanakan Pesta Iman Sidang Umum Sinode Zending yang dikenal dengan Sidang Sinode Pertama untuk menggumuli pekerjaan besar yang sudah ada, dalam sebuah lembaga Gereja yang Sah, maka pada tanggal, 26 Oktober 1956 dalam Sidang Sinode Pertama, lahirlah: “Evangelisch Chritelijke Kerk” atau Lembaga Gereja Kristen Injili di Nieuw Guinea.

Kilas Sejarah: Karya dan Kerja Zending di Nieuw Guinea

Pekerjaan Zending di Tanah Papua (Nieuw Guinea ) terbagi dalam periode-periode yang berhubungan erat dengan karakter dari para pekerja di daerah-daerah dimana para Zending bekerja, dan semuanya berada dalam satu organisasi yang mengorganisirnya. Para utusan Zending telah bekerja selama 101 tahun, pada resort-resort yang telah dibuka diseluruh Tanah Papua, dalam kurung waktu 1855-1956. Karya dan kerja para Zending ini telah dirangkum dalam tiga aspek dan membagi pekerjaan Zending ini dalam empat (4) periode.

Periode Pertama ( 1e Periode ) 1855-1880 (25 Tahun)

Suatu perserikatan ,,pekerja Kristen,, (De Christen Werkman), dimana untuk pertama kali mengirim Ottow dan Geissler, melangsungkan pengalaman selama 21/2 tahun dan tiba pada tangal, 5 februari 1855 di Mansinam di Teluk Doreh dangan menginjakan kaki di atas pulau itu. Dalam tahun 1862, datang dua (2) orang Zendeling masing-masing J.L.Van Hasselt dan Otterspoor. Kedua orang Zendeling ini adalah utusan pertama dari U.Z.V (Utrechtse Zendlings Vereniging) atau perhimpunan pekabaran Injil di Utrecht dengan tibanya kedua Zendeling ini, maka pada tahun-tahun berikutnya mereka merangkul semua pekerjaan Zending di tangan mereka dan mengerjakannya.

Orang mulai bekerja di Mansinam dan Kwawi di Teluk Doreh, tetapi perjalanan mereka belum sampai di Roon dan Meoswar yang terletak di sebelah Selatan Teluk Cenderawasih, karena perjalanan pada hari-hari itu sangat riskan. Dalam 1866, Post Zendeling ketiga di Andai di buka, terletak di bawah kaki pegunungan Arfak. Dibukanya Post Zendeling di Manukwari pada tahun 1872 dan post ini ditempati oleh Zendeling Bink, di post Zendeling ini, Bink bekerja selama 12 tahun dan pada tahun 1884, Ia berpindah ke pulau Roon. Para Zendeling Eropa ini tinggal Papua, mengkonsentrasikan diri untuk pekerjaan itu dan mereka juga meminjam tenaga medis untuk dikerjakan disitu membantu para Zending dibidang kesehatan. 

Pada tahun 1857, Zending membuka sekolah-sekolah kecil, dimana didalamnya yang mengajar dan memberikan mata pelajaran kepada para siswa adalah nyonya-nyonya dari para Zendeling. Pada tahun 1865 datanglah seorang pekerja pembantu dari suku Jawa asal Depok, dan pada tahun 1870 datanglah seorang dari Sangir yang mempunyai keahlian dalam pemeliharan kapal-kapal yang rusak dapat diperbaiki, dia bekerja bersama para Zendeling ini sehingga pada akhirnya ia diutus sebagai pembawa berita khabar baik ke daerah pengunungan.

Dalam tahun 1865 dilaksanakan pembaptisan pertama terhadap dua (2) orang perempuan bekas budak asal daerah Karon yang diselamatkan oleh Zendeling Call Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler. Pada tahun yang sama dibangunnya sebuah gedung gereja di pulau Mansinam dengan diberi nama : Gereja Harapan (Kerk der Hope). Dalam tahun 1864 terjadilah satu gempa bumi yang sangat dahsyat melanda, Teluk Doreh, Pulau Mansinam. Gempa bumi yang dahsyat ini juga mengakibatkan air pasang diteluk Doreh yang tinggi. Setelah gempa bumi yang melanda daerah itu, Zendeling Ottow mengalami sakit dan terpaksa harus meninggalkan Nieuw Guinea (Tanah Papua). Hanya Geissler yang tinggal sendiri dan alat komunikasi yang biasanya menghubungi pulau Jawa juga tidak berfungsi lagi dan juga kapal layar penghubung antar pulau dan pesisir pantai juga rusak.

Zendeling Geissler bekerja di Mansinam dan Kwawi sejak 1855-1870 dengan mengalami berbagai hal, baik yang menyenangkan maupun yang penuh tantangan. Peperangan /hongi antara satu suku, dengan suku yang lain terus berlangsung. Pelayaran dalam pekabaran Injil dalam Teluk Cenderawasih sangat berbahaya karena penuh dengan bajak lauk dan hal ini merupakan suatu tantangan yang berat dalam pemberitaan Injil Tuhan di kawasan itu dan sekitarnya. Dalam kurung waktu tersebut datanglah tenaga bantuan dari negeri Belanda di bidang pertanian, yaitu Tn. Kamps, dan di tempatkan di pulau Meoswar dan cukup sukses dan pada akhirnya juga dia diberangkatkan ke daerah Andai untuk membuka lahan untuk padi ladang dan cukup sukses. Selama 5 (lima) tahun, Kamps bekerja di Andai membantu penduduk di situ namun pada akhirnya belian sakit dan meninggal jasatnya di makam di Andai karena komunikasi pada waktu itu sangat sulit untuk diberangkatan ke Belanda.

Berbagai kesakitan dan epidemic melanda kehidupan para Zendeling dalam tahun 1861 menyeranglah epidemin Bangka babi (pokkenepidemie), tahun 1871 menyeranglah penyakit dysenterie (dysenterie-explosie ). Dalam mengakhiri periode I, yang berjangka 25 tahun terdapat banyak sekali jumlah anggota keluarga dari pada Zendeling yang meninggal dunia karena berbagai macam penyakit dan epidemic yang melanda daerah pekebaran Injil itu. Hal ini tidak hanya terjadi buat para Zendeling dengan keluarganya, tetapi juga kepada penduduk setempat yang telah diselamatkan dan yang sudah dibaptiskan.

Periode ke 2 ( 2e Periode ) 1880-1905, (25 Tahun )

Pada periode ke-2, masih banyak hal yang harus dikerjakan oleh para Zendeling di Manokwari dan daerah sekitarnya, dengan berpindahnya beberapa Zendeling ke Teluk Wondama (Wondamen baai) yaitu; Roon dan Windesi. Para Zendeling memandang bahwa salah satu masalah terpenting adalah Pendidikan bagi orang Papua, berkaitan dengan itu, tibanya nyonya van Balen dan nyonya van Hasselt Jr, sangat membantu pekerjaan para Zendeling. 

Ketika tahun 1890 kapal K.P.M (KoningKlijke Paketvaart Maatschappy (kapal perusahan pelayaran kerajaan Belanda), membuka jalur pelayaran laut dan tiba di Nieuw Guinea (Tanah Papua), K.P.M menjadi sarana transportasi yang sangat membantu mengkomunikasikan antara daerah pulau-pulau, persisir dan tanah besar. Sehingga dapat mempermudah pekerjaan Zending, maka dikirimlah dua orang pelajar asal Papua ke sekolah pendidikan guru atau SGA (Kweek School) di Depok (Jawa Barat), kedua orang tersebut adalah ; Petrus Kafiar dan Timotius Awendu(10). Dalam waktu yang sama tibalah juga para penolong (helpers) atau para guru-guru dari Ambon dan Sangir untuk mengabdi bersama para Zendeling. K.P.M, juga melanjutkan misi pelayaran ini hingga tiba di Teluk Hoembolt (pada tahun 1892 dan 1893) dan menjalin kontak dengan baik, sehingga dikemudian hari pekerjaan pekebaran Injil terus mengalami perkembangan.

Kehadiran pemerintah pada tahun 1898 yang berkedudukan di dua tempat yaitu: Manokwari dan Fak-fak, membuka tempat yang tidak dikenal dan tidak aman menjadi aman. Pemerintah dapat bekerja dengan aman karena para Zendeling telah menjalankan misinya mendahului pemerintah, dimana penduduk setempat telah bekerja bersama-sama dengan para Zendeling dalam membawah dan menyebarluaskan kabar baik yang dibawah oleh Zendeling itu di daerah mereka. 

Periode ini dinilai oleh para Zendeling berjalan baik dari pada periode pertama, 25 tahun yang lewat. Hal ini diharapkan untuk mempersiapkan segala sesuatu mengangkat misi pelayanan para Zendeling memasuki 50 tahun pekerjaan Zendeling di Nieuw Guinea (di Tanah Papua). Sudah ada 5 post Zendeling: Manokwari, Kwawi, Andai, Roon dan Windesi. Orang Papua yang menjadi Kristen pada waktu itu berjumlah 260 orang, dan kebanyakan dari meraka berdiam di Mansinam. Dalam usia 50 tahun Zendeling di Nieuw Guinea, para Zendeling yang bekerja berjumlah 23 orang bersama-sama dengan masing-masing isteri (Nyonya mereka), dan jumlah yang meninggal dunia adalah 10 orang, di makamkan di post-post pelayanannya di Nieuw Guinea (Tanah papua), dan 9 orang pekerja Zending yang kembali ke tanah asal mereka, kebanyakan karena wabah penyakit yang merupakan epidemik yang melanda daerah pekebaran Injil Tuhan di Nieuw Guinea.

Periode ke-3: 1906-1940, (34 Tahun)

Periode ketiga merupakan tahap ekspansi besar-besaran didalam pergantian masa kerja. Terletak pada suatu titik balik yang besar, terjadi di Roon dan dengan suatu kekuatan yang dahsyat dalam memperluas pekerjaan Zendeling di Nieuw Guinea. Dengan hadirnya kedua utusan Zending yaitu; D.B. Starrenberg (1907) di Roon dan F.J.F. van Hasselt (1924) di Mansinam, dimana terwujudnya hasil pekerjaan pertama yang terpenting dapat dipetik dari hasil pekerjaan yang panjang bertahun-tahun di Nieuw Guinea. Penyebaran pekerjaan Zendeling diikuti oleh suatu tempo yang cepat dalam tahun 1908-1909, Supiori-Maudori, Korido, Sowek dan Biak di jangkau dan diduduki, tahun 1910 bagian Utara–Timur Nieuw Guinea dijangkau dan diduduki, pada tahun 1911 West Nieuw Guinea, Vogel Kop (Kepala Burung) dan Raja Ampat pada tahun 1913.

Satu institusi pendidikan pada saat itu belum ada dan juga hal yang sangat berat adalah tidak ada biaya untuk mengirim anak-anak untuk bersekolah di daerah lain diluar Nieuw Guinea. Atas dasar kondisi itu, maka pada tahun 1918 di Mansinam dibukalah sebuah sekolah pendidikan guru yang pertama (Eerste Kweekschool) bagi calon-calon guru dan para penginjil sebagai (voorgangers) atau perintis. Tahun 1923, sekolah ini ditangani dan dikelolah oleh Ds. I.S.Kijne, dan pada tahun 1924, lembaga pendidikan pertama ini dipindahkan ke Miei.

Berikut ini adalah suatu perkembangan dari dunia pendidikan, dimana mengalir suatu arus bantuan tenaga guru (pendidik) dari Ambon (Maluku) dan Sangir, namun pada kemudian hari arus bantuan pendidikan ini dikurangi setelah Zending mendirikan sekolah yang menyiapkan sumber daya manusia (tenaga) pengajar dan pendidik sendiri, sehingga akhirnya menghentikan bantuan tenaga pengajar dan pendidik. Para Zending juga membuka sekolah tukang dan kursus jahit-menjahit untuk anak-anak perempuan. Dan ini merupakan pengetahuan rangkap yang disiapkan oleh Zendeling kepada pengajar dan pendidik orang asli Papua. Sejak tahun 1908 Pulau Yapen dimasuki oleh para Zendeling dan tahun 1924 Post Zending dibangun disana. Pada saat itu juga rencana pembukaan lahan untuk penanaman bibit kopi di daerah Ambaidiru oleh Ds. Boat.

Tahun 1922 para Zendeling memasuki pulau Wakde dan kemudian ke Sarmi dan berikutnya pada tahun 1924 di Genyem. Tahun 1930 daerah Fak-Fak dijangkau dan dimasuki oleh Gereja Protestan Maluku. Sedangkan di tahun 1933 pekerjaan Zending di Sorong berjalan sendiri. Dibuka pula poliklinik untuk melayani masyarakat yang sakit setiap pagi, dan para nyora (istri zending) menerima dan memelihara anak-anak kecil, yang disebut; pleegkinderen “anak piara”. Mereka juga memperhatikan kesehatan dari para calon guru dan istri-istri mereka. Keadaan pelayanan kesehatan ini lebih terwujud dijalankan ketika tiba dari negeri Belanda seorang suster bernama M. Glastra di Serui, tahun 1931, dan setahun kemudian (1932) tibalah seorang Dokter Zending yang pertama bernama Bierdrager, dari negeri Belanda.

Pada periode ketiga ini, satu hal yang sangat sulit dihadapi para Zendeling adalah angkutan laut dan alat komunikasi ke resort-ressort untuk mengetahui dan mengontrol pekerjaan dari para Zending yang bertanggungjawab di pos-pos. Pergumulan ini terjawab ketika akhir dari periode ke-3, para Zending memiliki 6 buah motor boot, sebagai sarana transportasi. Setelah perang dunia ke-2 dibebaskan sejumlah Zendeling Eropa yang disebut dalam pelayan-pelayan firman Tuhan dan bersama dengan mereka disiapkan juga satu kekuatan dari sejumlah tenaga pribumi (inheemse) sebagai rekan kerja dalam pekerjaan zendeling di Nieuw Guinea.

Periode ke-4: 1940-1956 (16 Tahun)

Periode ke-4 merupakan periode menuju kepada pembangunan gereja yang berdiri sendiri. Setelah meninggalkan suatu peristiwa dahsyat yang mengejutkan yaitu Perang Dunia II (PD-II), dimana baik orang pribumi maupun belasan Zendeling Eropa menjadi korban ketika itu, sehingga pada tahun 1946 untuk kelanjutan pekerjaan itu mereka duduk bersama memikirkan dan menetapkan suatu gereja Tuhan yang mandiri sendiri, dengan nama “Evangelisch Christelijke Kerk” (Gereja Kristen Injili) atau The Evangelical Christian Church.

Sejumlah Zendeling tetap bersikap merendah pada waktu itu, satu orang pelajar Papua dikirim ke Sekolah Theologia Menengah (Middelbare Theologische School) di Soe (Timor) dan pelajar tersebut adalah Ds. F.J.S. Rumainum, yang saat itu menjadi pelayan jemaat di Resort Biak-Numfor. Setelah PD-II dibukalah sekolah-sekolah sambung bagi perempuan dan laki-laki (anak-anak gadis dan anak-anak putera), (vervolgscholen voor meisjes en jongens) dari kedua jenis sekolah ini yang menamatkan siswa akan melanjutkan ke sekolah pendidikan bagi guru sekolah kampung (opleiding scholen voor dorps-onderwijzers) (OVVO) selama 2 tahun, pada tahun 1958 berubah nama menjadi ODO (Opleiding Scholen voor Dorps Onderwijzers), 3 tahun. Setelah itu siswa yang berprestasi akan melanjutkan pendidikan ke Kweekschool (sekolah pendidikan guru) dan pendidikan bagi guru jemaat di Serui yang diberinama RAZ (Rotenelansen Aen Zee) lamanya pendidikan 9 bulan. 

Siswa lulusan dari Meisjes Vervolgschool dan Jongens Vervolgschool) dapat melanjutkan pendidikannya ke (het medisch personel in de gouvernements ziekenhuizen) rumah-rumah sakit milik pemerintah. Tamatannya menjadi perawat-perawat dan juga sebagai assiten Dokter. Semua mereka ini dibawa didikan dan bimbingan para tenaga dari Eropa (Islandia dan Swiss) dan yang sudah disiapkan oleh Zendeling di Oegstgeest, namun tidak mempengaruhi kepemimpinan Gereja Kristen Injil.

Persekutuan gereja Babtis Meconit Belanda (De Doopsgezinde Vereniging tot Evangelisatieverbreidingnam ca), pada tahun 1950 membuka post pertamanya di Resort Inanwatan dengan berkerja sendiri dengan harapan akan suatu masa depan untuk mencapai Gereja yang mandiri. Pada tahun 1954 lahirlah Proto Sinode dari Gereja Kristen Injili di Nieuw Guinea di Serui. Pada kesempatan itu disetujui untuk dibukanya sebuah sekolah Theologia yang pertama di Serui (Eerte Middelbare Theologische School), dimana ada 40-an anak Papua dididik menjadi calon pendeta.

Berikut ini nama-nama Resort yang telah disiapkan apabila kedepan Gereja Kristen Injili akan berdiri sendiri (21).;

Resort Hollandia-Nimboran

Resort Sarmi

Resort Japen-Waropen

Resort Miei

Resort Manokwari

Resort Biak-Numfor

Resort Sorong

Resort Inanwaan

Resort Teminabuan, Ayamaru

Resort Merauke, Fak-Fak (untuk waktu yang akan datang).

Pekerjaan Gereja Protestan Maluku yang bekerja di Merauke dan Fak-Fak, sebagaimana juga seperti yang bekerja di pusat pemboran minyak di Sorong dibawah keluar dengan nama Sinode dari Gereja Protestan Maluku (GPM). Dengan suatu perbedaan setelah perang, tibalah Badan Sinode lain dari Amerika dan Australia dalam satu konfrensi missionary untuk membentuk suatu persekutuan dan mempunyai kepentingan untuk melayani. Dari resort-resort tersebut di atas, suatu hal yang menjadi tugas utama mereka adalah membetulkan daerah pelayanan dan sekitarnya dimana telah tiba (datang) ratusan pekerja Zendeling yang bekerja di Nieuw Guinea.

Disini terdapat satu maksud dan tujuan, bahwa pada bulan oktober 1956 lahirlah Gereja Tuhan dengan nama “Christelijke Kerk” yang akan berdiri sendiri. Gereja ini akan menghimpun semua orang (umat Tuhan) Kristen Protestan di seluruh Nieuw Guinea dan yang hidup dalam damai dan sukacita. Jemaat-jemaat berbahasa Belanda yang berada di kota-kota, seperti; Merauke, Fak-Fak, Sorong, Manokwari, Biak, Serui dan Hollandia dan sekitarnya akan bekerja keras membantu pertumbuhan resort-resort dan klasis-klasis. Para pekerja Zendeling yang berbahasa Belanda yang berasal dari Nederlands Hervormende Kerk mempunyai satu ikatan organisasi gereja yang diberinama “Contactgroep”.

Badan Zending di Nieuw Guinea, telah membentuk resort-resort di daerah-daerah pelayanan Zending. Tiap resort dikepalai oleh seorang pendeta Zending. Tiap tahun ketua Zending yang berkedudukan di Kwawi (Manokwari), mengumpulkan semua pendeta dan pekerja Zending dari tiap resort dalam konfrensi atau persidangan, guna membahas segala hal yang menyangkut pekerjaan Zending. Hal-hal yang menjadi pembahasan pokok dalam setiap persidangan adalah pekerjaan pekabaran injil, persekolahan/ pendidikan, kesehatan/ pengobatan, keuangan dan pembangunan, dipikirkan dan dibahas secara bersama-sama melalui musyawarah.

Badan Zending yang memegang pekerjaan di Nieuw Guinea, berkedudukan di kota Utrecht- Belanda, dengan nama; Utrechtse Zending Vereniging (UZV), setelah perang dunia II usai, badan-badan Zending dikumpulkan dalam satu badan yang disebut; Zending der Nederlandse Hervormde Kerk (ZNHK), yang menggabungkan Zending-zending dari gereja Hervormd Belanda dan yang bekerja di Indonesia melalui Dewan Zending Oegstgeest, tahun 1951. Adapun nama-nama ketua Zending yang bertugas di Nieuw Guinea adalah; Pendeta J.L. van Hasselt, (1863-1907), dan digantikan oleh putranya pendeta F.J.F. van Hasselt, Jr yang memulai kerja tahun 1894 dan pensiun tahun 1931. Kemudian digantikan oleh Pdt. D.B. Starrenburg, tahun 907-1924, setelah pensiun digantikan oleh Pendeta J. Wetstein, periode 1924-1942. 

Pada periode 1942-1945 yang merupakan masa ujian bagi pekerjaan Zending di Nieuw Guinea, saat itu dipimpin oleh I.S. Kijne, (1948-1953), dan dilanjutkan oleh Pdt. R.G. ten Kate, (1953-1955) yang bekerja sementara hingga tiba Dr. F.C. Kamma, menggantikannya sebagai ketua Zending pada periode 1945-1956. Pada periode inilah pergumulan untuk membentuk Lembaga Gereja Kristen Injili di Nieuw Guinea dipersiapkan. Peta :

Pekerjaan Zending di Pulau Nieuw Guinea Barat dan Nieuw Guinea Timur

Proto Sinode dan Sidang Sinode Umum Zending Di Nieuw Guinea.

Menuju Sidang Sinode Umum Zending di Hollandia 1956, berlangsunglah sebuah konfrensi Zending di Serui, 1954, sebagai agenda persiapan, atau yang dikenal dengan Sinode Persiapan/Proto Sinode. Maka penulisan ini akan mendeskripsikan proses konfrensi Sinode Persiapan di Serui. Dan proses pelaksanaan Sidang Sinode Umum di Hollandia Binnen, tahun 1956 Sinode Persiapan (Proto Sinode) 13-24 September 1954 di Serui.

Pembentukkan Bakal Gereja Kristen Injili di Nieuw Guinea, diawali dengan dilaksanakannya konfrensi Zending di yang disebut dengan proto sinode (sinode persediaan), pada 13-24 September 1954 di Serui. Para pendeta-pendeta dan guru jemaat yang hadir sebagai peserta konfrensi antara lain (25) :

Resor Hollandia/Nimboran: Pdt. R.G. ten Kate S.H. Ketua Lapangan Zending Irian Barat. : Pdt. A.M. Middag. Pdt. S. Liborang; Pdt. Mori Muzendi.

Resor Sarmi ; Gr. Djem Hoor; Gr. Djem Awes.

Resor Japen/Waropen: Pdt. G.J. Clay; Pdt. M.Abaa; Pdt. F. Huwae

Resor Biak/Numfor; Pdt. F.J.S. Rumainum, RSB (PSW) Brinkman, Pdt. Tenlima, Penatua A. Krey.

Resor Miei : Pdt. H. van Arkel, Pdt. Warisjo

Resor Manokwari : Pdt. O. Ewoldt, Gr. Djem G. Rumaropen

Resor Sorong ; Pdt. H.L. Osok, Penatua Kaihatu

Resor Teminabuan ; Pdt. H. E. R. Marcus dan Nyonya, Gr. Djem. R. Rumbiak

Resor Inanwatan ; Pdt. Messie, Pdt. Wattimuri

Urusan Umum Persekolahan Kristen ; N. Vam der Stoep

Sekolah Teologia : Pdt. J.P. Kabel

Persekolahan : Gr. P. Bothoff, Nona Gr. Huis in het Veld

Abepura (Kota Baru Dalam) : Pdt. J. Sierat; Pen. N. van der Stop

Utusan Zending : Dokter Evenhuis

Kesehatan : Suster Land

Pertanian : Gr. J.J. Jansen

Penasihat-Penasihat ; Dr. G.P.H. Locher Utusan DPNH; Pdt. J. Drost Abepura; Pen. Den Dulk Djem. Belanda. Pimpinan Synode: Pdt. R.G. ten Kate, S.H (Ketua), Pdt. A.M. Middag (Sekretaris 1), Pdt. J. Tenlima (Sekretaris 2) Dr. G.P. P.H. Locher (Penasehat)

Tamu-Tamu : Tuan Mellis M.A.F, Rev. Veldhuis U.F.M, Rev. Gesswein R.B.M.U, Rev. Levestrand-TEAM, Pdt. E. Gijsbers (Wakil GPM)

Agenda pertemuan dalam konfrensi tersebut di atas adalah membahas persiapan pembentukkan organisasi Gereja Kristen Injili Di Nieuw Guinea, kelengkapan organisasi yang disebut Tata Gereja, yang terbagi kedalam enam bab, antara lain: Iktisar Tata Gereja GKI Di Nieuw Guinea.

Bab I. Pasal 1. Pengakuan; Pasal 2. Amanat; Pasal 3. Tata; Pasal 4. Tugas-Tugas Pendeta; Pasal 5. Tugas-Tugas Guru Djemaat; Pasal 6. Tugas-Tugas Penginjil; Pasal 7. Tugas-Tugas Penatua/ti; Pasal 8. Tugas-tugas Syamaset/et; Pasal. 9. Susunan Organisasi

Bab II. 1. Tentang Djemaat; 

Bab III. 2. Tentang Klasis; 

Bab IV. 3. Tentang Resor 

Bab V.4. Tentang Gereja; 

Bab VI. Usulan-usulan Perubahan, dsb.

Peraturan Klasis Berbahasa Belanda, Peraturan Pemilihan; a. Anggota Majelis, Anggota Sidang Klasis, Anggota Synode Resor, Anggota Synode Umum, Peraturan Keuangan, Keuangan Jemaat, Keuangan Klasis, Keuangan : 1. Resor, 2. Dana Lektur (Toko Buku), Synode Umum, b. Anggaran, c. Perhitungan dan Penyahutan

Setelah konfrensi Sinode Persediaan di Serui selesai, 24 September 1954, ditetapkanlah waktu pelaksanaan Sidang Sinode Umum yang pertama untuk memutuskan berdirinya lembaga Gereja Kristen Injili di Nieuw Guinea.

Pelaksanaan Sidang Sinode Umum Pertama, 18-29 Oktober 1956 di Hollandia Binnen

Pesta Iman menuju Gereja yang mandiri telah tiba. Kamma menyebutnya, Ajaib di Mata Kita, Ketika Tertentu. Setelah melewati masa ujian diawal-awal perjumpaan Zending dengan kehidupan manusia Papua serta pada waktu perang dunia kedua memporakporandakan pekerjaan Zending di Nieuw Guinea. Pada tanggal, 18-29 Oktober 1956, berlangsunglah pesta Iman yaitu Sidang Sinode Umum Pertama di Hollandia Binnen di gedung “Kerk der Hope” (sekarang GKI Harapan Abepura).

Deskripsi selanjutnya adalah prosesi pelaksanaan Sidang Sinode Umum pertama di Kerk der Hope Hollandia Binnen, 18-29 Oktober 1956. Namun dalam deskripsi ini penulis hanya menceritakan awal pembukaan Sidang Sinode Umum, yang berlangsung pada tanggal, 18 Oktober 1956.

Hari Pertama Sidang Sinode Umum Zending, telah dimulai 18 Oktober 1956. Proses Registrasi Peserta yang di undang oleh Dr. F.C. Kamma, adalah utusan-utusan dari tiap resort dan tamu berdatangan mendaftarkan namanya ada meja penerima tamu. Proses registrasi pesertapun berlangsung, utusan-utusan dari tiap resort dan tamu-undangan mendaftarkan diri, dimulai dari; Resort Hollandia-Nimboran; Pendeta A.Middag., Pendeta S. Liborang., Pdt. H. Morimuzendi. Resort Sarmi; Pendeta D.J. Baars., Guru Jemaat P.Joku. Resort Biak-Numfor; Pendeta F.J.S. Rumainum., Pendeta J. Mandowen., Pendeta J. Tenlima., Penatua A. Krey. Resort Japen-Waropen; Pendeta.H. J. de Ridder., Pendetat. M. Abaa.,Pdt. F.Huwae., Pdt. D. Auparay. Resort Miei; Pendeta Worisjo., Guru Jemaat. N. Manuputtij. Rsort Manokwari; Pendeta B. Burwos., Pendeta M. Jewun. Resort Sorong; Pendeta E. Osok., Pendeta J. Fonanlaber., Pendeta R. Rumsaur., Guru Jemaat T.A. Omkarsba. Resort Teminabuan; Pendeta J. S. Titaheruw., Pendeta. R.E. H. Marcus. Resort Inanwatan; Pendeta E. Wattimurij., Pendeta L. Parinussa.

Utusan dari klasis berbahasa Belanda; Pendeta E. Gijsbers. Dari Sekolah Theologia; Ds. I.S. Kijne. Hadir sebagai penasehat-penasehat; Tuan. P. de Bruin (pemimpin persekolahan)., Pendeta E. Durkstra., Pendeta J.P. Kabel. Sebagai tamu undangan hadir; Pendeta E. Gijsbers (G.P.M. Fak-Fak., Pendeta B. Lokolo (G.P.M. Sorong)., Penatua M.Kabes, Jemaat Fak-Fak Kota., Penatua A. Namsau, Jemaat PAM/Kooi/Kaimana. Penatua J. Mahuse Jemaat Merauke., Pendeta Dr.G. P.H. Locher (Badan pemimpi Zeding) dan Pendeta Dr. A.G. ten Kate (Manokwari). Ketua Panitia, Dr. F.C. Kamma.

Pagi hari yang cerah pada 18 Oktober 1956, waktu menunjukan pukul 10.30, bertempat di gereja pusat Kerk der Hope di Hollandia Binnen, Sidang Sinode Umum Zending di Nieuw Guinea dibuka, dipimpin oleh ketua Pendeta Dr. F.C. Kamma dengan menyanyi Nyanyian Rohani 167: 1 “Di Atas Satu Alas”, sambil berdiri disusul dengan pembacaan Alkitab Efesus 3 : 12-21. Inti pokok dari bacaan ini dititik beratkan pada permulaan “Pekabaran Injil di Tanah Nederlands Nieuw Guinea dengan banyak air mata tetapi lutut yang terlipat memohon pimpinan Allah. Dengan yang mana ditabur dengan sukar dan putus harap, tetapi jalan Tuhan itu rahasia dan ajaib. Dimana pada hari ini kami dapat mulaikan Synode Umum yang pertama dari Gereja Kristen Injili di Nederlands Nieuw Guinea”. Dalam hal ini anggota-anggota Synode diajak supaya tetap beriman dan bekerja dengan setia menurut panggilan dalam suasana yang sukar ini.

Kemudian persidangan didoakan dengan pengucapan syukur dan memohon pimpinan dan bantuan Tuhan dalam persidangan dan dalam Gereja muda yang berdiri sendiri ini. Sesudah itu menyanji Nyanyian Rohani 167 : 3 & 5 sambil berdiri.

Ketua mengucapkan selamat datang kepada para hadirin dan terutama kepada saudara Dr. Locher yang selaku utusan dari Dewan Gereja Hervormd dan utusan dari Gereja Gereformeerd, G.P.M dan Doopsgezind. Sebelum persidangan dilanjutkan maka kepada para utusan dibagi-bagikan acara persidangan agar diketahui bagaimana jalannya persidangan selanjutnya. Lalu nama utusan-utusan dari semua resort diserahkan kepada panitia yang terdiri dari saudara Liborang, Ten Kate dan Abaa, akan memeriksa hadir-tidaknya utusan-utusan supaya dimaklumkan dan disahkan oleh persidangan sebagai yang merupakan Badan Synode yang pertama dari Gereja Kristen Injili di Nederlands Nieuw Guinea. Demikian Badan Synode merupakan utusan-utusan resort-resort, tamu undangan yang telah disebutkan diawal.

Sesudah nama-nama para utusan dibacakan lalu disahkan oleh ketua dengan berkata: “Sehabis keperiksaan daftar utusan-utusan telah nyata, bahwa segala sesuatu sesuai dengan Tata Gereja kita”. Maka sebab itu; “Persidangan Synode umum dari Gereja Kristen Injili di Nederlands Nieuw Guinea Pertama ialah persidangan yang sah”. Pembentukkan Gereja Kristen Injili di Nederlands Nieuw Guinea telah selesai sekarang; sejak ini badan-badan gerejani dirupakan dari dalam Gereja sendiri akan memimpin hidup dan pekerjaannya.

Dengan sendirinya kedudukan dan tugas Zending di Nieuw Guinea menjadi lain. Bukan Zending lagi melainkan Synode Umum ini memimpin GKI di Nederlands Nieuw Guinea. Maka sebab itu dari ketika ini Gereja Kristen Injili di Nederlands Nieuw Guinea berdiri sendiri. “Allah yang berkuasa, bagiNyalah kemuliaan didalam Sidang Jemaat dan didalam Kristus Yesus turun-temurun selama-lamanya. Amin”.

Sesudah itu menyanyi Nyanyian Rohani 11; “Kami Puji Engkau Hu”, lalu saudara Kijne dipersilahkan mendoakan Gereja dengan badannya yang telah dibentuk dalam tugas selanjutnya. Kemudian Panitera saudara Pendeta A.M. Middag membaca surat-surat pengucapan selamat yang telah dikirim dari Gereja-gereja.

Pembacaan Surat-Surat Ucapan Selamat oleh Panitera

Dalam Roma 1: 16, Rasul Paulus mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah Kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya. Telah mendasari tekat yang kuat dari para penginjil utusan Zending Belanda dan Jerman yang dipelopori oleh Ottow dan Geissler. Doa sulung yang dipanjatkan bersama ketika sauh tertambat di pulau Mansinam, 5 Februari 1855, telah terwujud seiring jalannya waktu dan zaman, didasari oleh pusara-pusara para Zending dan penginjil yang terlupakan membuahkan hasil setelah 101 Zending berkarya di Nieuw Guinea. Dari Kerk der Hoop di Mansinam, perahu Injil menambatkan Sauh di Kerl der Hoop di Hollandia Binnen.

Pernyataan selamat pun disampaikan oleh melalui surat-surat kawat dari berbagai mitra gereja dan Pemerintah yang selanjutnya dibacakan oleh Panitera. Adapun surat-surat tersebut berasal dari : 1). General Synode Der Nederlandse Hervormde Kerk, Belanda. 2). Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI). 3). Badan Pekerja Synode Gejera Protestan Maluku. 4). Gouverneur van Nederlands Nieuw Guinea dan Zending Lutheran Mission American Lutheran Church.

Berikut kutipan beberapa surat ucapan selamat atas Lahirnya “EVANGELISCH CHRITELIJKE KERK” dalam Sidang Sinode Umum Zending di Hollandia Binnen 1956.

GENERALE SYNODE DER NEDERLANDSE HEVORMDE KERK

Gambar : Palu Sidang Sinode Zending Umum Pertama dan Logo GKI di Tanah Papua

No. 201.885/6571 ‘s                  Gravenhage, 6 Agustus 1956

Kepada

Synode Umum Yang Pertama

Dari Gereja Kristen Injili di Nieuw Guinea,

p/a Dr. F.C.Kamma

Kota Raja Hollandia Binnen, Nieuw Guinea

Saudara-saudara dalam Tuhan kita Yesus Kristus,

Berhubungan dengan saudara-saudara berhimpun sebagai Synode Umum yang pertama dari Gereja Kristen Injili di Nieuw Guinea maka kami mengirim surat ini kepada saudara-saudara akan menyatakan kegembiraan syukur kami mengingat Gereja saudara-saudara, sebagai Gereja Yesus Kristus, berdiri sendiri.

Akan mengabarkan Injil Kerjaan dan akan menanam Gereja Tuhan, maka tenaga Zending bersama anak-istrinya, keluar dari Gereja kami dan kami pergi ke negeri saudara-saudara. Saudara-saudara maklum akan kesusahan dan kesukaran yang ditemui mereka, akan perjuangan dan kebimbangan mereka, dan terutama akan iman bertekun mereka. Iman itu menuju ke Kerajaan Allah, yang akan datang juga di tanah saudara-saudara, walaupun berpuluh-puluh tahun lamanya rumahnya dan sebaliknya yang tampak kubur mereka, yang letaknya pada pantai-pantai tanah saudara-saudara, masih menyaksikan korban yang dikorbankannya. Oleh karena mereka dan oleh karena pengganti mereka, yang sampai kini pergi dari Gereja kami memberitakan selamat dalam Yesus Kristus, kami merasa tergabung secara istimewa dengan saudara-saudara. Dan karenanya kami mengucapkan syukur kepada Allah.

Karena sekarang ini pelaksanaan aturan gerejani selesai, maka kami sampaikan surat ini kepada saudara-saudara. Kami mengerti, bahwa kejadian itu ialah hal yang amat penting bagi kehidupan gerejani dan gereja saudara-saudara. Sebab dengan penyelesaian aturan itu Gereja saudara-saudara berdiri sendiri, artinya mulai sekarang gereja saudara-saudara bukan lagi dipimpin pendeta-pendeta yang diutus gereja kami, melainkan saudara-saudara yang memimpinnya ialah saudara-saudara yang bersidang disini sebagai utusan dari segala resor-resor gereja di Nieuw Guinea.

Telah Allah menanam dan menumbuhkan Gereja-Nya, telah Ia mulai didalam kamu suatu pekerjaan yang baik, dan iapun akan menyudahkan dia, sehingga sampai kepada hari Kristus Yesus.

Saudara-saudara yang terhormat… itu bukan berarti bagi kami, bahwa pekerjaan Pekabaran Injil, yang dilakukan Gereja kami dalam tanah saudara-saudara, telah berakhir. Kami sudi-seperti biasa sampai akan membantu dengan mengutus tenaga-tenaga Zending dan dengan mengirim tenaga, akan tetapi mulai sekarang ini bukan lagi Dewan Pekabaran Injil Gereja kami saja yang akan menentukan lama dan jumlah bantuan itu.

Mulai sekarang ini segala pendeta utusan akan dapat mengerjakan pekerjaannya diantara Saudara-saudara hanya dengan persetujuan saudara-saudara saja, menurut aturan yang saudara-saudara insyaf akan hal itu. Akan tetapi walaupun demikian saudara-saudara memutuskan pada Proto Synode di Serui, pada tahun 1954, akan menyambutnya dalam iman bahwa Tuhan Gembala Gereja yang memanggil saudara-saudara untuknya. Itulah sebabnya kami mohon kepada Allah, pohon segala anugerah, yang sudah memanggil kamu untuk kemuliaanNya yang kekal itu didalam Kristus Yesus, kiranya Tuhanlah menjadikan kamu sempurna dan tetap dan kuat dan beralas. Bagi Allah yang berkuasa melakukan dengan berlebih-lebih dari pada barang apa yang kita mohonkan atau sangkakan, menurut kuasaNya yang bekerja didalam kita, bagiNyalah kemuliaan didalam sidang jemaat dan didalam Kristus Yesus turun-temurun selama-lamanya. Amin.

Salam Persaudaraan

a.n. Generale Synode Nederlandse Hervormd Kerk

G. de Ru, Ketua.

E. Emmen, Panitera

Surat berikut yang dibacakan pula dalam kesempatan itu, pada Sidang Synode Umum Pertama Gereja Kristen Injili di Nederlands Nieuw Guinea, adalah surat kiriman dari Dewan Gereja-Gereja di Indonesia. Berikut isi suratnya.

DEWAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA

(National Council of Chruches in Indonesia).

No. 658/ES        Djakarta, 2 Oktober 1956

Kepada yang Mutabir

Badan Pekerja,

Bakal Gereja Kristen Injili di Irian Barat

Kota-Raja-Holladia Binnen

Saudara-saudara yang Mutabir,

Terima kasih atas surat Ketua Badan Pekerja Bakal Gereja Kristen Injili di Irian Barat, yang memberitahukan tentang Synode Umum pertama yang akan diadakan pada tanggal, 16-31 Oktober.

Kami menyesal bahwa pemberitahuan ini baru sekarang dan bahwa saudara-saudara menganggap hal DGI tidak dapat mengutus seorang ke Irian sebagai suatu ketentuan yang sudah pasti. Jika kami dapat undangan untuk sidang synode ini lebih dahulu, maka kami rela mencoba mengutus seorang.

Betapapun juga kami tetap mendoakan Saudara-saudara sekalian. Doa kami untuk Synode Gereja saudara-saudara akan kami naikkan khusus pada waktu sinode berlangsung. Terutama pada pagi hari Senin, 22 dan 29 Oktober, akan dinaikan jika pegawai-pegawai PGI berkumpul untuk berbakti bersama, doa kami akan naikkan kepada Tuhan kita dalam Yesus Kristus, supaya Ia menunjukkan jalan yang baik untuk Gereja di Irian Barat.

Kami berterima kasih terlebih dahulu atas nyanyian Saudara akan mengirim kepada kami urusan baru serta laporan dari sidang synode. Kami harap saudara juga terima baik segala pengiriman kami.

Salam Persaudaraan

A.n. Badan Pekerja Dewan Gereja-Gereja di Indonesia,

Nn. Mr. A.L.Fransz

Secretaris

Surat berikut yang dibacakan oleh Panitera, saudarah Middag adalah berasal dari Badan Pekerja Synode Gereja Protestan Maluku. Berikut isi suratnya.

GEREJA PROTESTAN MALUKU

Badan Pekerja Synode Ambon

…326/8/80a                 Ambon, 30 Agustus 1956

Kepada,

Synode Umum Gereja Kristen Injili

di Irian Barat.

d/p/ Dr. G.P. Locher.

Saudara-saudara dalam Tuhan kita Yesus Kristus,

Kami bersukacita dalam Tuhan, bahwa dapat sampaikan salam kami dalam Yesus Kristus kepada Synode Umum yang pertama dari Gereja Saudara-saudara dengan perantara Dr. G.P. H. Locher.

Salam ini pun juga kami sampaikan kepada sekalian Penjabat Anggota Gereja Saudara-saudara.

Sesungguhnya kami bersukacita, karena dapatlah kami berkata-kata dalam iman, bahwa Tangan Kasih Allah setia memegang kita dan kemuliaannya senantiasa melimpah ketengah-tengah bangsa manusia, yang dalam saudara-saudara dan kami terpanggil dan mempunyai satu saja panggilan.

Synode Umum yang saudara-saudara langsungkan untuk membentuk Gereja Kristen Injili di Irian Barat adalah bukti yang nyata dari pada pekerjaan tangan Kasih Allah itu. Didalam Gereja ini Tuhan hendak menghimpunkan orang-orang percaya kepadaNya dari antara bangsa manusia di Irian, supaya bersama-sama dengan segala gereja di atas muka bumi, kita sanggupkan olehNya pada memberitakan Kabar Selamat bagi seluruh dunia:

“JESUS KRISTUS ADALAH TUHAN JURUSELAMAT MANUSIA DAN PENGHARAPAN DUNIA”

Kami berdoa, kiranya Saudara-saudara dan kami pun beroleh kesempatan untuk melaksanakan amanat Tuhan kita Jesus Kristen sebagaimana disunatkan dalam Injil Matius fatsal 28 ayat 19, 20 dan Kisah Perbuatan Rasul-rasul pasal 1 ayat 8.

Pada akhirnya kami ucapkan selamat bersidang bagi saudara-saudara, kiranya Roh Tuhan memimpin Persidangan Synode Umum yang pertama Gereja Kristen Injili di Irian Barat.

“Kiranya Anugerah Tuhan kita Yesus Kristus dan Kasih Allah dan Persekutuan Roh Kudus menyertai kita dan Gereja-gereja Kristus di muka bumi”.

Badan Pekerja Synode Gereja Protestan Maluku

Ketua : Sekretaris,

(Pend. F. H. de Fretes) (Pend. D. Louhenapessy)

Pembacaan surat berikut adalah berasal dari Gouverneur van Nederlands Nieuw Guinea, yang pada saat itu dipimpin oleh J. van Baal. Berikut isi suratnya yang dibacakan oleh panitera.

GOVERNEUR VAN NEDERLANDS NIEUW-GUINEA

Hollandia, 13 Oktober 1956

Kepada Synode Umum

Bakal Gereja Kristen Injili

Di Nederlands Nieuw Guinea

Pada permulaan perundingan-perundingan, Tuan-tuan, saya merasa diri terdorong mengucapkan betapa saya hidup serta dengan pekerjaan besar, dimulai sekarang ini oleh tuan-tuan. Pada saat ini tuan-tuan hendak membentukan dan mewujudkan suatu fasal kehidupan rohani yang sangat penting dengan mendirikan Gerejamu sendiri. Saya mengucapkan pengharapan supaya hal ini dengan berkat Allah dipimpin akan memperdalam dan mengembangkan kepercayaan Kristen dalam daerah kerajaan ini.

Pembangunan Gereja Kristen sendiri ialah juga suatu langkah yang penting dalam pengembangan kemasyarakatan di Nieuw Guinea. Artinya peristiwa ini, ialah bahwa dunia baru yang memasuki Nieuw Guinea pada suatu lapangan memperoleh suatu bentuk cara Nieuw Guinea sendiri yang berdiri sendiri. Hal ini dapat dianggap sebagai suatu permulaan penuh pengertian, bahwa diantara segala sesuatu yang masuk disini yang berjuang akan mendapat bentuknya dan hidupnya sendiri. Gereja yang dimuka dan yang pertamalah mendapat bentuk itu.

Beridirinya sendiri Gereja itu ialah suatu hal yang dipandang pemerintah di negeri ini dengan minat dan kesetujuan hati besar. Maksud pemerintah ialah memajukan kuat-kuat hal berdiri sendiri dari daerahnya kerajaan ini. Saya dapat menyatakan setentu-tentunya kepada tuan-tuan, bahwa Pemerintah Nederland, disokong oleh keyakinan kebanyakan orang rakyat Nederland, akan melangsungkan segala sesuatu yang dapat melaksanakan maksud itu. Dalam hal ini tidak akan diterimanya bahwa lain orang memerintanginya dalam tugas ini dengan tuntutan yang tak berdasar akan mempunyai tanah dari daerah kerajaan ini. Nederland dan tak usah bersangsi tentang hal ini – menjabat pemerintahan atas tanah ini sampai kepada waktu segenap kehidupan bangsa Nieuw Guinea akan beralih dan menentukan sendiri nasib kenegaraan dengan jalan yang sungguh dapat ditanggung.

Moga-moga Tuhan memberkati segala perundingan tuan-tuan

De Gouverneur van Nederlands Nieuw Guinea

J. van Baal

Ucapan selamat berikut datang melalui surat yang dibacakan oleh Panitera, berasal dari Zending Lutheran Mission Nieuw Guinea, American Lutheran Church.

Zending Lutheran Mission New Guinea 

17 Oktober 1956

American Lutheran Church

Dr. F.C. Kamma,

Ketua Synode G.K.I. di N.N.G.

Hollandia Binnen

Tuan Dr. Kamma dan Sobat-sobat dari G.K.I

Saya suka ambil kesempatan ini untuk mengucapkan selamat kepadamu dengan Nama Tuhan kita Yesus Kristus.

Saya rasa beruntung kalau kiranya saya mungkin hadir bersama-sama dengan kamu pada peristiwa yang baik pembentukan Synode Gereja baru di Nieuw Guinea Barat. Sayang sekali oleh keadaan yang tidak mengizinkan saya datang, dengan begitu saya kirim selamat dengan surat ini.

Zending Luther di Nieuw Guinea dan kami punya Gereja Luther Injili memohon berkat Tuhan atas peristiwa pendirian Gereja..Kiranya Tuhan selalu hadir dengan FirmanNya dan RohNya supaya kamu menjadi perkakas yang baik akan meneruskan kehendak Tuhan dengan Gerejamu.

Salam istimewa kepada orang yang melawat kami disini.

Saudaramu dalam Kristus,

John Kuder, Ketua.

Pembacaan surat-surat ucapan selamat oleh Panitera dalam pembukaan Sidang Sinode Umum Zending pertama pada 18 Oktober 1956, merupakan bentuk pengakuan dewan-dewan gereja di dunia yang mempelopori pekerjaan Pekabaran Injil ke seluruh dunia yang dikerjakan Hevormde Kerk di Eropa dan American Lutheran Church. Dengan demikian lahirnya GKI di Nieuw Guinea dalam Sidang Sinode Umum 1956 memiliki kedudukan yang sejajar dengan lembaga-lembaga gereja dalam sebuah Negara yang telah diakui dan ditetapkan dalam undang-undang dasar Negara di seluruh dunia.

Refleksi 62 Tahun GKI di Tanah Papua

Sidang Sinode umum yang berlangsung 18-29 Oktober 1956 di Kerk der Hoop Hollandia Binnen, adalah momentum sejarah, lahirnya pemimpin Papua hasil dari buah pekabaran Injil sejak 1855. Para pekerja zending telah membebaskan, mengajar, membimbing dan mempersiapkan manusia Papua untuk memasuki suatu peradaban baru dalam hirarki organisasi legal formal untuk menata, merawat dan mempersiapkan kader untuk melanjutkan tongkat estafet pekabaran injil di milenum baru.

Belajar dari sejarah, karya dan kerja para Zending Belanda dan Jerman, serta para penginjil dari Sangie Talaud, Ambon dan Papua, memberikan makna bagaimana gereja bekerja dengan penuh tanggung jawab, taat, setia, sabar dan dengar-dengaran di dunia untuk membawa perubahan dalam kehidupan umat manusia, membebaskan dan memerdekakan orang Papua dari belenggu keterbelakangan, belenggu kebodohan dan belenggu penindasan dalam konteks teologi pembebasan.

Enam puluh dua tahun sejak pengakuan Gereja-Gereja Dunia menyatakan selamat, untuk menghargai usaha dan kerja Zending di Nieuw Guinea selama 101 tahun, dan menyerahkan tongkat estafet pekerjaan pekabaran injil dibawah bendera Organisasi GKI di Nieuw Guinea, 1956, setelah tahun 1969 para pekerja Zending serta suluruh bentuk, wujud dan dasarnya dirubah dalam wajah integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. GKI dan orang Papua kehilangan dasar dan roh berpijak ketika tabir kesulungannya diterobos oleh Persekutuan Gereja-gereja Indonesia, menjadikan rumah Papua tidak bertuan bagi manusia Papua.

 

Catatan Referensi

F.J.F.van Hasselt, Di Tanah Orang Papua (In Het Land Van Op Papoeas), diterjemahkan oleh Zeth Rumere dan Ot. Loupatty, Penerbit Yayasan Timotius Papua, 2002.

J.Rouws, Onze Zendingsvelden Nieuw Guinea (Ladang-ladang Penginjilan Kita di Nieuw Guinea), diterjemahkan oleh Fred Athaboe,SH. Penerbit. Zending Studie Raad, (1919), .

F.J. Rumainum, Sepuluh Tahun GKI Sesudah Seratus Satu Tahun Zending di Irian Barat, Diterbit: Kantor Pusat GKI, Sukarnapura, 1966,.

N.V. Drukkerij v/h C. de Boer Jr, : Vademecum voor Nederlands Nieuw Guinea, 1956. In Sameweking met het ministerie van overzeese rijksdelen uitgegeven door het Nieuw Guinea Instituut te Rotterdam.

J. Mamoribo, Ottow dan Geissler, Rasul Irian Barat, Jayapura, 1971, Hal.10-13.

J. Mamoribo, Ibid, Hal.18-23,lihat juga, F.J.F. van Hasselt, In Het Land Van Op Papoeas, diterjemahkan oleh Zet Rumere dan Ot Loupatty, dengan judul: Di Tanah orang Papua, Penerbit. Yayasan Timotius Papua, 2002.

F.J.F. Rumainum, Guru Petrus Kafiar, diterbitkan oleh, Kantor Pusat Gereja Kristen Injili di Irian Barat, Sukarnapura, 1966,

N.V. Drukkerij v/h C. de Boer Jr, Op.Cit. Hal. 72, Lihat juga, N.G. J. van Schouwenburg, Een Euw Evangelie Op Nieuw Guinea, terbitan; Raad Voor De Zending van De Net. Herv.Kerk Oegstgeest, 1955, Diterjemakan dengan judul; Satu Abad Injil di Nieuw Guinea, oleh, Jan H. Ramandei, diterbitkan Kadepag, Kab. Jayapura, 2005.

Tarmidja Kartawidjaya,dkk, Sejarah Pendidikan Daerah Irian Jaya, 1855-1980, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Irian Jaya, 1981.

Notulensi Sidang Sinode Umum, Pertama di Hoolandia Binnen, 18-29 Oktober 1956



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORMULIR KONTAK

Nama

Email *

Pesan *