Polisi Orang Mee Didikan Belanda. Wagete 1961 |
ditulis oleh : Augustinus Aud [Pejuang Nasional West Papua]
Organisasi Pembebasan Papua Merdeka [OPPM] di bentuk pada tanggal 28 juli 1965 di Manokwari tepatnya disanggeng pada rumah keluarga Watifa. Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh komponen masyarakat dikota Manokwari seperti kepala suku Arfak. Lodwik Mandacan, Barent Mandacan, Kepala Kepolisian Papua Mr. Jhon Jambuani, Komandan PVK Mr. Permenas Ferry Awom, Frits Awon dan beberapa anggota PVK, Polisi Papua dan Angkatan Laut Papua, seperti : Benyamin Anari, Terianus Aronggear, Mr. Marani, Fred Ajoy, Jimmy Wambrau, dan lain-lain.
Organisasi ini didirikan dengan nama Organisasi Pembebasan Papua Merdeka [OPPM]. Namun, hingga saat ini sengaja dikeluarkan oleh NKRI bahwa itu adalah OPM. Agar bisa dikatakan sebagai separatis, makar, teroris dan lain sejenisnya.
OPPM dirikan dengan tujuan untuk bergerilya diseluruh Pulau West Papua dan dibentuk 7 [tujuh] Batalyon Kasuari sebagai sayap militer.
1. Batalyon Kasuari I dipimpin oleh : PVK Sersant Permenas Ferry Awom. Beliau merangkap sebagai Panglima Umum dengan daerah operasi yaitu : Manokwari Kota, dan Menyambow.
2. Komadan Batalyon Kasuari II dipimpin oleh Prajurit Angkatan Laut Papua Marthimus Jimmy Wambrau. Deraeh operasi yaitu : Pesisir Pantai Utara [Saukorem, Arfu, Mumbrani, Sidei, dan Num ]
3. Komandan Batalyon Kasuari III dipimpin oleh Marthen Rumbiak dengan daerah gerilya yaitu : Manokwari Timur [ Ransiki, Windesi, Oransbari, dan Wasior ]
4. Komandan Batalyon Kasuari IV dipimpin oleh Komandan Polisi Papua Yohanes C. Jambuani [Jhon Caprini Jambuani] dengan daerah gerilya yaitu : [Warsnembri, Kebar, Saukorem dan Manokwari Kota].
5. Komandan Batalyon Kasuari V dipimpin PVK Sersant Silas Wompere. dengan daerah gerilya di A3 [Ayamaru, Aifat, dan Aitinyo]. Namun, dalam gerilya beliau dibunuh di Ayamaru oleh komandan pleton [anak buahnya] yaitu Marthinus Prawar seorang anggota polisi Papua.
6. Komandan Batalyon Kasuari VI dipimpin oleh Anggota Polisi Papua Fred Ajoy dengan daerah gerilya yaitu : [Kebar, Merdei, Menyambow dan Manokwari ]
7. Komandan Batalyon Kasuari VII dipimpin oleh Prajurit Angkatan Laut Papua Daniel Wanma dengan daerah gerilya yaitu [ Sausapor, Saukorem, Teminabuan dan Sorong Kota ]
Sejarah singkat terbentuknya Organisasi Pembebasan Papua Merdeka [OPPM] dan sayap militernya.
dan berlanjut ke Markas Victoria
perjalanan hidup perjuangan seorang Kapten TNI melawan pembunuhan, pembataian, dan penindasan Manusia Papua oleh negara indonesia diatas negerinya.
KAPTEN RUMKOREM
Bergabung dengan Tokoh2 Pejuang Kemerdekaan Papua Barat di Perbatasan.
Itu terjadi pada tanggal 17 Juli 1970. Perjalanan pembelotannya untuk bergabung dengan tokoh2 pejuang Papua Merdeka tidak diketahui banyak orang terutama teman2 sependidikan militer yang bertugas di Markas Besar Angkatan Darat Indonesia.
Ketika Rumkorem dalam perjalanan ke Wamena untuk melaksanakan tugas penyelidikan dan pemeriksaan kas keuangan negara, dalam penerbangannya melintasi pegunungan CARTENZ, Rumkorem tertegun melihat salju putih yang menyelimuti puncak pegunungan itu. Hatinya hancur teringat ayat2 Lagu Kebangsaan Papua Barat “Hai Tanahku Papua” yang berkisah tentang keindahan alam Papua di gunung, di sungai, di pantai, di pulau di seluruh tanah Papua yang bukan saja indah dan permai tapi juga kaya raya. Pikirannya melayang penuh penyesalan karena keputihan salju itu mungkin akan hilang dan tenggelam dalam kekuasaan kaum penjajah jika tidak diperjuangkan dan dipertahankan oleh orang Papua. Dalam suasana itulah Rumkorem mengambil keputusan untuk membelot meninggalkan Indonesia dan bergabung dengan tokoh2 pejuang Papua Merdeka. (wawancara Wapupi0275 dengan Mr. Rudi Raka, Staff Intelijen Kepresidenan Pemerintahan Rumkorem-Prai 1973)
Apa itu FKPPB-Angkatan 1969?
Front ini dibentuk oleh pemuda2 Papua yang mundur ke perbatasan sebelum Pepera-1969 dilaksanakan. Front dibentuk pada tahun 1969 oleh sebab itu dikenal juga sebagai Front Angkatan-1969.
Disebutkan bahwa Front ini merupakan suatu Badan Sementara yang mempersiapkan segala kemungkinan untuk mengambil-alih kekuasaan dari pemerintah kolonial Indonesia jika nantinya proses pemilihan yang berazaskan “SATU ORANG SATU SUARA/ONE MAN ONE VOTE” dimenangkan oleh bangsa Papua. Dengan demikian bisa diraba bahwa FRONT KOMANDO PEMBEBASAN PAPUA BARAT ini merupakan Badan Peralihan Pemerintahan yang dipersiapkan menjelang pelaksanaan Pemungutan Suara (REFERENDUM) sesuai Perjanjian New York (New York Agreement 1962). Bahkan, dalam persiapan pengambil-alihan kekuasaan itu, satuan Angkatan Darat Papua Barat pun didirikan dibawah pimpinan: Ben Joku. Tentara Nasional Papua Barat di masa itu belum lahir atau terbentuk. Satuan Komando yang hanya ada pada waktu itu adalah PENTANA, sebuah kelompok pemuda Papua yang didirikan atas dasar cinta tanah air yang bergerak sebagai pasukan gerilia di bawah pimpinan Luis Bonay.
RUMKOREM DI PERBATASAN
Kapten Rumkorem tiba di perbatasan tanpa seragam militer walaupun ia adalah seorang Calon Perwira Tinggi di Markas Besar Angkatan Darat Indonesia. Ia diantar oleh seorang kurir laut, lelaki Papua asal Teluk Saireri yang tidak pernah menuntut perjuangan Papua Merdeka atas segala upaya yang dilakukannya untuk menyelamatkan para pejuang Papua Merdeka dari tangan Indonesia.
Di perbatasan, tepatnya di sebuah pantai berbatu yang kemudian pada tahun 1978 akan disebut pantai Bonay, Rumkorem bertemu dengan dua tokoh pejuang Papua Merdeka: Richard Uri Joweni (Wondama Katui) dan Luis Nussy. Pertemuan mereka terjadi secara singkat dan berkeputusan untuk segera melanjutkan perjalanan ke Scothtiau (Skotiau) untuk bergabung dengan sejumlah pemuda Papua yang sudah berada di Markas Victoria. Perlu dicatat disini, bahwa Skotiau merupakan basis perjuangan Papua Merdeka yang diakui dan sering mendapat kunjugan dari petugas2 pemerintah Administrasi Australia yang berkedudukan di Vanimo.
RUMKOREM TIBA DI MARKAS VICTORIA, Scothtiau:
Di Markas Victoria, Rumkorem disambut oleh Jacob H. Prai, Sekretaris Jenderal Front Komando Pembebasan Papua Barat (FKPPB-Angkatan 1969). Dari sekian Anggota Front Komando, hanya Prai yang bertahan di daerah perbatasan setelah Pepera-1969 dilaksanakan. Sedangkan Pimpinan FKPPB, Menase Suwae, Kepala Staff Atanasius Bob Kubia, ditambah anggota pejuang Papua Merdeka lainnya seperti: Carlos Joku, Ben Joku, William Brabar, Marthinus Elky Kambu, Leo Yambi, meninggalkan perbatasan masuk ke wilayah administrative Australia untuk meminta perlindungan politik.
Antara 17 Juli 1970 hingga 28 Juni 1971, Rumkorem dan Prai berhasil membangun Markas Victoria menjadi suatu pusat perencanaan dan pengaturan strategy perjuangan Papua Merdeka baik di bidang politik maupun militer untuk membebaskan Papua Barat dari penjajahan. Dengan bekal pengetahuan dan keahlian militer yang diperolehnya, Kapten Rumkorem memulai tugasnya dengan mendidik/melatih para pemuda Papua untuk menjadi Opsir2 Tentara Papua. Diantaranya Simon Imbiri, Habel Atanay, Jereth Wayoi, John Upuya, Aquila Major, Sepi Wayoi, Philemon Yarisetouw, Yosephat Wayoi, Marthen Tabu, Jance Demetouw, dll.
Philemon Yarisetouw, atas pertimbangan dan pandangan Rumkorem, ia diangkat menjadi Kepala Staff.
Sementara itu, Nicolaas Jouwe, Ketua National Liberation Council (NLC) tiba kembali di Belanda setelah beberapa bulan lamanya berada di New York, Amerika Serikat, untuk menggugat hasil Pepera yang dilaksanakan secara curang dan tidak memenuhi hukum Internasional tentang hak2 politik bangsa Papua.
NLC diketuai oleh Nicolaas Jouwe, Sekretaris Jenderal: Z. Sawor, Anggota: Hein Inggamer, Saul Hindom.
Nicolaas Jouwe menemukan dua surat dari Markas Victoria yang dikirim oleh Rumkorem dan Prai. Satu surat berisi laporan tentang program2 revolusi yang sedang dirancang, sementara surat yang lainnya berisi dua hal: (1) menanyakan kepada Jouwe sebagai Ketua NLC apakah ada kemungkinan penggugatan terhadap Hasil Pepera di PBB; (2). Menawarkan Nicolaas Jouwe untuk menjadi Kepala Negara Papua Barat. Ini adalah jawaban Nicolaas Jouwe (mengulangi kata2nya sendiri 21 tahun kemudian, yaitu pada perayaan 30 tahun Hari Bendera Bintang Kejora, 1 Desember 1991 di Belanda): “Kedua Adik Rumkorem dan Prai. Tidak ada kemungkinan untuk kita menggugat; satu2nya jalan adalah Proklamasi Kemerdekaan Papua Barat secara sepihak. Adik berdua masih muda. Pimpin perjuangan ini. Adik Rumkorem kau kaka usulkan sebagai Presiden dan Adik Prai kau sebagai Ketua Senat”, begitu jawaban Nicolaas Jouwe atas dua surat yang diterimanya dari Markas Victoria.
Dari Scothiau ke Holomba – Rencana Pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Papua.
Tidak diberitahukan sejak kapan Rumkorem dan Prai serta rombongan meninggalkan Markas Victoria di Scothiau menuju Holomba, Waris. Tapi dari hasil wawancara dengan Rudy Raka, disebutkan bahwa Rapat terakhir terjadi pada tanggal 25 Juni 1970 untuk menetapkan siapa yang harus mengumumkan Proklamasi itu. Apakah Bonay, Jouwe ataukah Rumkorem Prai. Proposal yang diajukan oleh Joweni dan Nussy diterimaoleh Sidang Rapat. Rumkorem dan Prai ditetapkan sebagai pelaksana dan tanggal 1 Juli ditetapkan sebagai Tanggal Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Papua Barat.
Dengan demikian sudah ditargetkan bahwa pada tanggal 1 Juli 1971 pagi, daerah kecamatan Waris sudah harus dikuasai/diduduki oleh pasukan Papua Merdeka yang dipimpin oleh Opsir Simon Imbiri.
Perhitungan meleset dan terjadilah kontak senjata antara Pasukan Papua Merdeka yang dipimpin oleh Opsir Simon Imbiri dengan satuan Tentara Indonesia di Pos Waris dimana pasukan Papua Merdeka terpaksa mengundurkan diri karena kekuatan personil dan peralatan perang yang tidak berimbang. Tercatat dua pemuda Papua Merdeka yang celaka dalam kontak senjata itu masing2: John Upuya dan Josephat Wayoi. Keduanya berhasil dievakuasi ke Imonda di wilayah Papua New Guinea, kemudian dijemput oleh seorang Patrol Officer (Bestuur) dari Pemerintahan Administrative Australia, Mr. Bob Lock.
Rencana Pengumuman Proklamasi ditunda, dan pasukan Papua Merdeka kembali ke pangkalan, yaitu Markas Victoria, Scothiau.
Proklamasi 1 Juli 1971 di Tahun 1973
Dua tahunkemudian setelah peristiwa Holamba, Waris, yaitu pada tanggal 3 Februari 1973, Proklamasi 1 Juli 1971 diumumkan secara resmi di Markas Victoria, Scothiau.
Bersamaan dengan itu, Dewan National Papua Barat juga diumumkan ditandai dengan Pengambilan Sumpah Presiden dan Kabinet serta Ketua Senat, dan Peresmian Pendidikan militer dan pembentukan Satuan Tentara Papua Barat yang disebut: TENTARA PEMBEBASAN NASIONAL – TPN/OPPM.
Pada tanggal 26 Maret 1973, Opsir2 dan Anggota Satuan Tentara Pembebasan Nasional (TPN) Angkatan pertama dilantik.
Sekarang OPPM di pimpin oleh Mayjend Jeffrey Bomanak dan sayap militernya TPNPB dibawa pimpinan :
Panglima Tinggi : Jenderal Goliat Tabuni
Wakil Panglima : Letjend Gabriel M. Awom
Kasad : Jendral Otto JM. Yoggi
Kasum : Mayjend Teryanus Satto
Komandan Oprs : Mayjend Lekagak Telenggeng
Jubir TPNPB : Kol. Sebby Sambon
Serta 33 [tiga puluh tiga] Panglima Kodap Setanah Air West Papua.
Sebagai generasi bangsa West Papua kita jaga sejarah bangsa dan teruskan perjuangan bangsa dengan mempertahankan pondasi sejarah bangsa diletakan oleh pejuang2 tangguh pendahulu kita dan hari ini kita wariskan sampai PAPUA MERDEKA.
Selamat Memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik West Papua
[1 Juli 1971 - 1 Juli 2020]
One People One Soul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar