Foto Siswa-Siswi SMP YPPK Epouto dan Anak-Anak Asrama Epoo bersama Pak Guru Esau Tekege yang juga sebagai Pendiri SMP YPPK epouto dan Pendiri Asrama Epoo. photo.doc.MD |
Sejarah telah mencatat bahwa Esau Tekege adalah Pendiri SMP YPPK Epouto dan Pendiri Asrama EPOO di Epouto
EPOUTO - Dahulunya Epouto dikenali dengan julukan Kota Pendidikan Yang mempunyai SD dan SMP serta ASRAMA. Banyak orang dari Meepago dan Lapago datang melanjutkan pendidikan di SMP YPPK Epouto. Kebanyakan Pejabat ternama di Meepago dan Lapago juga menamatkan pendidikan SMP di Epouto, akan tetapi kota pendidikan itu hilang selama 30 (tiga puluhan) tahun setelah SMP YPPK Epouto dipindahkan ke Moanemani.
Sekitar pertengahan tahun 1978, SMP YPPK Santo Fransiskus Asisi Epouto yang telah berkiprah puluhan tahun, dipindahkan ke Moanemani, tetapi namanya tidak berubah hanya ditambahkan Moanemani saja karena dipindahkan. Jadi namanya adalah SMP YPPK Santo Fransiskus Asisi Epouto di Moanemani, yang hingga kini masih eksis di Moanemani.
Praktis, Epouto yang adalah salah satu daerah pewartaan misionaris Katolik, kini tak ada lagi sekolah menengah pertama (SMP) Hanya ada Sekolah Dasar (SD) selama tiga puluh tahun sehingga Anak-anak dari Epouto dan beberapa kampung sekitarnya yang hendaknya melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP, terpaksa harus "merantau" ke Moanemani, Waghete, Enarotali dan Nabire Meninggalkan kampung halamannya, anak-anak hanya bisa bertemu dengan orang tua dan familinya saat masa liburan, misalnya Natal, Paskah, dan libur besar (Juni-Agustus).
Dalam situasi seperti itu, Esau Tekege seorang Guru Pioner yang awalnya bertugas di Ilaga (Puncak Papua) pindah ke Paniai dan bertugas di Epouto sejak tahun 2002, Beliau menjadi guru kelas di SD YPPK Epouto dan aktif mengajar di SD tersebut.
Beliau adalah Tamatan SPG Taruna Bhakti tahun 1991 selanjutnya Beliau melanjutkan pendidikan di IPI Filial Jayapura dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 1994, selanjutnya Beliau ditugaskan di Toubai Mapiha pada Tahun 1995, dan pada awal tahun 1996 beliau dipindahkan lagi ke Ilaga. Beliau bertugas di Ilaga kurang lebih selama 7 (tujuh) tahun dan pindah lagi ke Epouto. Sampai Saat ini Beliau sedang bertugas di Epouto.
Setelah Beliau mengajar di Epouto selama 3 (tiga) tahun di Epouto. Beliau mencoba untuk mendirikan Asrama sehingga pada tahun 2006 Beliau mendirikan Asrama dengan Fasilitas yang cukup sederhana dan diberi Nama "ASRAMA EPOO DI EPOUTO" Tempat tinggal/penghinapan para siswa/i tersebut adalah rumah peninggalan Misionaris, yang sering disebut “Pute To Owaa”.
Awalnya Asrama Epoo dibuat khusus untuk Siswa SD kelas VI, bertujuan agar giat belajar untuk persiapan menghadapi UN pada Sekolah Dasar. Angkatan pertama yang bertempat tinggal diasrama tersebut adalah angkatan 2006, berjumlah 8 (delapan) orang siswa SD YPPK Epouto. Pembina Asrama yang sering dipakai adalah Para Frater yang melaksanakan tahun karya pada Paroki Epouto. Mereka bertugas dengan penuh tanggung jawab sebagai seorang pamong Pengasuh atas tugas dipercayakan.
Namun setelah SMP YPPK Epouto berdiri kembali di Epouto, Asrama baru pun didirikan oleh pemerintah setempat. Setelah SMP YPPK Epouto semakin maju dan berkembang maka banyak siswa/I yang datang dari plosok-plosok kampung untuk mengenyam pendidikan pada SMP tersebut.
Mengingat banyak siswa/i yang datang dari luar kampung, Para pembina Asrama pun mengambil kebijakan atas persetujuan orang tua untuk menampung siswa/i SD kelas VI dan SMP.
Hingga sekarang Asrama tersebut masih menampung para muda/i suku Mee dan Migani yang membutuhkan Pendidikan.
Kerinduaan orang tua agar anak-anak mereka tidak lagi pergi bersekolah jauh, tampaknya kian terobati. Tidak bermaksud hendak memanjakan buah hati mereka, tetapi alasan mendasar adalah Epouto harus menghadirkan kembali masa kejayaan puluhan tahun silam yang kini hanya tinggal kenangan itu.
Kenangan akan SMP yang dulu pernah terkenal di Tanah Papua, lantaran hasil didikan dari sekolah itu kini semua telah menjadi "manusia". Banyak pejabat besar yang ada sekarang, rata-rata tamatan SMP YPPK Santo Fransiskus Asisi Epouto. Dan untuk menjawab kerinduan tersebut, memang bukan pekerjaan ringan tetapi Esau Tekege mulai berusaha semaksimal mungkin untuk menghadirkan kembali SMP YPPK tersebut. Selain minimnya kontribusi aktif dari warga, juga tiadanya perhatian dari para alumni yang terkesan telah melupakan "almamaternya" begitu saja. Pergumulan inilah yang benar-benar dirasakan Esau Tekege yang selama beberapa tahun terakhir memperjuangkan hadirnya sebuah SMP di Kota tua ini.
Esau Tekege terus Berusaha agar SMP YPPK ini hadir kembali lagi di Epouto "Banyak pejabat daerah yang dulu tamat dari SMP YPPK Epouto. Ketika Beliau menyurat kepada mereka bahkan ketemu langsung, tapi sama sekali tidak ada respon yang baik," tapi Hal itu, bagi Esau bukan menjadi persoalan, walau mereka sudah menunjukan bukti tidak ada kepedulian. Apakah mau ingat kembali masa lalu atau tidak, entah mau jawab atau tidak. Terserah masing-masing orang. Yang pasti, selama 30 tahun pakaian seragam berwarna putih-biru itu hilang dari Epouto dan hilang dari pandangan warga Epouto jadi harus dikembalikan lagi. Atas dasar itu Esau Tekege berusaha terus-menerus berjuang selama 2 (dua) tahun untuk menghadirkan SMP YPPK epouto kembali lagi seperti dulu. Sehingga impian Esau Tekege itu terwujud. SMP YPPK Epouto kembali dibuka tahun 2008.
Sekarang dengan mudahnya orang dapat menyaksikan anak-anak berpakaian SMP sedang menuju ke sekolah. Semenjak tahun 2008, pemandangan ini bukan lagi hal baru di Epouto karena sudah ada sejak dalu tetapi hanya saja menghilang selama 30 (tiga puluh) tahun. Ya, kini SMP YPPK Epouto telah hadir.
Wakil Bupati Paniai, Derek Pakage, S.IP telah meresmikan sekolah ini pada hari Jumat 20 Juli 2008, bertepatan pembukaan Caping Rohani Mudika se-Dekenat Paniai. Peresmiannya ditandai dengan pengguntingan pita papan nama sekolah, juga papan nama asrama dan papan nama kantor Distrik Yatamo. "Mulai tahun ajaran 2008/2009 secara resmi telah di buka penerimaan siswa baru dan proses belajar mengajar sudah berjalan baik sejak itu," kata Pendiri SMP YPPK Epouto, Esau Tekege.
Di tengah segala keterbatasan, Esau Tekege juga pernah mendirikan Asrama yang bernama "ASRAMA EPOO DI EPOUTO" asrama ini didirikan tahun 2005 sehingga sekolah ini dapat menampung siswa/inya di Asrama itu. Bagi siswa-siswi yang kampung atau rumahnya jauh dari Epouto, bisa tinggal di asrama. Meski segala kebutuhan dan fasilitas asrama tersebut masih minim. bukan sekedar menampung, ada syarat-syarat bagi anak-anak yang tinggal di asrama.
Menurut Esau Tekege, sekolah berpola asrama ini sudah sejalan dengan program pemerintah yang telah dicanangkan program Pendidikan Berpola Asrama. "Untuk mendukung Program Pemerintah, maka melalui kegiatan Musyawarah Pastoral (Muspas) I Gereja Katolik Dekanat Paniai pada Januari 2005, telah ditetapkan enam bidang pastoral, salah satunya adalah bidang pendidikan," jelasnya. Meski begitu, Esau berpendapat bahwa hasil Muspas I tersebut memang harus diikuti dengan tindakan nyata di lapangan, bukan sekadar kata-kata dan konsep belaka. "Jika berbicara mengenai Sekolah Berpola Asrama, maka bagaimana cara mewujudkan sekolah yang bermutu? Apa sumbangan dari kita untuk mewujudkan cita-cita luhur itu? Ini yang harus direnungkan bersama," tutur Pendiri ASRAMA EPOO dan Pendiri SMP YPPK Epouto ini.
Sekolah Berpola Asrama yang bermutu, kata Esau, harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Tapi itu saja tidak cukup, sebab harus ada pembentukan sikap dan watak manusianya (anak didik). Jadi, tenaga pendamping menjadi kebutuhan paling utama dan pokok untuk mendukung Sekolah Berpola Asrama, agar out-put dari sekolah ini menjadi mampu dan siap saing di era globalisasi ini.
Dihadirkannya SMP ini tentu ada tujuan yang hendak dicapai. Selain dalam rangka mencerdaskan anak-anak bangsa sesuai dengan UUD 1945 dan membantu para generasi penerus bangsa untuk mengembangkan diri menjadi manusia yang mandiri, berkepribadian, memiliki kemampuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan berwawasan luas juga tentunya anak-anak didik dibina secara intens agar nantinya mereka memiliki ketrampilan baik secara individu maupun kelompok dengan berdasarkan pada iman Kristiani. "Di wilayah Distrik Yatamo ada 5 (lima) SD dan 3 (tiga) SD kecil. Anak-anak yang lulus dari beberapa SD itu bisa melanjutkan ke SMP YPPK St.Fransiskus Epouto yang sudah kita buka tahun 2008 itu," tandasnya.
Hingga kini tercatat hampir 900 lebih siswa yang menamatkan pendidikan di SMP YPPK Epouto, mereka berasal dari SD YPPK Uwebutu, SD YPPK Santo Fransiskus Asisi Epouto, SD Negeri Inpres Dimiya, SD Negeri Inpres Udaugi, SD Negeri Inpres Waidide, bahkan ada pula beberapa siswa dari SD YPPK Dei (Distrik Eka). Khusus tenaga pengajar, kata Esau, saat ini ada dua kelompok. Yakni Guru-guru PNS dan Guru-guru Kontrak. Guru kontrak ini diambil dari Sarjana-Sarjana yang saat ini masih menganggur. Jumlah keseluruhan tenaga pengajar sebanyak 14 orang.
Awalnya Karena belum ada bangunan SMP maka mereka pakai ruang kelas milik SD YPPK Santo Fransiskus Asisi Epouto," tetapi sekarang bangunan SMP suda ada dan bangunan SMP suda lebih dari cukup. sarana pembelajaran juga cukup mendukung sehingga aktivitas belajar mengajar di SMP YPPK Epouto akan berjalan terus, pangkasnya*
---@---
Saat ini Beliau Masi setia makan kapur di kelas sebagai seorang Guru di SMP YPPK Epouto demi Anak muda Generasi Emas Papua, terlebih khusus untuk Anak-anak Yatamo. Saat ini keadaan belajar mengajar pada SMP YPPK Epouto sedang berjalan lancar dan suda dibuka pendaftaran baru bagi siswa/i yang baru menamatkan SD bisa mendaftar di sana. Esau Tekege dan Alam Tage Menunggumu*
AdminMD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar