Minggu, 20 September 2020

Sejarah Pesawat De Kroonduif 1955 - 1964

foto saat masyarakat moanemani membantu mengevakuasi Pesawat de Kroonduif 1964


Moanemani 1964
Pesawat De Kroonduif mengalami kecelakaan Fatal di lapangan Terbang Moanemani.

Oleh : Parex Tekege

Keterangan pada Foto adalah; saat Masyarakat sedang membantu mengevakuasi Pesawat yang jatuh karena lincin, pesawat tergelincir di Ujung lapangan Terbang Moanemani dekat kali Tuka pada tahun 1964.

De Kroonduif, sebuah bekas subsidiari maskapai Belanda KLM, merupakan maskapai nasional Nugini Belanda (sekarang provinsi Papua), antara tahun 1955 dan 1963. Nama 'kroonduif' merupakan bahasa Belanda yang berarti 'merpati bermahkota', merujuk kepada Mambruk Victoria di Nugini/Papua, yang mana ditetapkan sebagai logo perusahaan.

Pada 14 Juli 1955, perusahaan Nederlands Nieuw Guinea Luchtvaart Maatschappij (NNGLM) didirikan sebagai subsidiari maskapai Belanda KLM, untuk menyediakan penerbangan di Nugini Belanda. Maskapai baru ini, beroperasi di bawah nama De Kroonduif, berbasis di Biak, dan mengoperasikan beberapa rute di teritori Belanda tersebut menggunakan 2 pesawat De Haviland Canada Beaver. Kemudian, armadanya ditambah dengan Douglas DC-3 Dakota dan Twin Pioneer.

Menurut jadwal penerbangan De Kroonduif tanggal 1 Desember 1958, pada waktu itu kota-kota yang dilayani adalah: 

Sorong,Biak, Fak-fak, Hollandia, Kaimana, Kebar, Kokonau, Manawi, Manokwari, Merauke Napan, Neofoer, Ransiki, Steenkool, Tanah Merah, Teminabuan, Wasior dan Wisselmeren.

Setelah Papua dimasukkan dalam teritori Indonesia, pada 1 Januari 1963 pemberian aset operasi De Kroonduif digantikan oleh Garuda Irian Barat sehingga menjadi Garuda de Kroonduif.


Pemberian Aset tersebut dilakukan oleh Direktur Utama NNGLM de kroonduif Albet Janssen menyerahkan kepada Captain M.Syafei selaku pimpinan Garuda Irian barat, dilakukan secara simbolis dengan upacara bendera bersejarah pada pagi hari di depan halaman hotel t'Rift pada tanggal 1 januari 1963. Saat itu dikibarkan tiga bendera antara lain Bendera Merah Putih, Bendera PBB dan Bendera GIA sebagai awal Beroperasinya garuda Irian Barat.

Kisah kroonduif sebenarnya singkat. Operasinya berhenti sejak pertengahan tahun 1964 dikarenakan Jatuh dan Rusak di Moanemani. Sebelumnya salah satu pesawat Kroonduif juga pernah jatuh di selatan Papua sekitar Merauke. sehingga pasawat bekas subsidi belnda ini berhenti sejak pertengahan tahun 1964,

Pesawat Perintis Garuda de kroonduif bermesin ganda Andalan di Papua, yang aktif beroperasi dan berjasa penerbangan di Daerah Papua dengan Pilot De Kroonduif dan Pilot perintis lainnya, adalah satu-satunya maskapai penerbangan yang beroperasi di Papua pada zaman Belanda hingga zaman Transisi.


Lapangan terbang Moanemani, dekat kali Tuka tahun 1964

Kemudia pada januari 1964 garuda de kroonduif melansungkan penerbangan sesuai rute, saat itu Garuda de kroonduif harus mendarat di Moanemani tetapi Sayangnya de kronduif gagal mendarat dengan baik.

Papua dengan medan yang menantang, didominasi pegunungan tinggi berkabut dan cuaca yang tidak memungkinkan (berubah tiap saat) serta operasi udara didominasi lapangan udara sederhana membuat maskapai yang berdiri pada tahun 1955 berkat investasi KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij) ini harus jatuh tergelincir di ujung lapangan terbang Moanemani pada tahun 1964. "aviahistoria"

Melihat hal itu, Masyarakat sekitar Moanemani tidak tinggal diam. Mereka membantu mengevakuasi pesawat yang jatuh dengan iklas tanpa menuntut balasan dari para pilot kroondruif.

Kemungkinan Besar Kecelakaan ini adalah akhir dari Kisa de Kroonduif dan Sejak itu de kroonduif tidak beroperasi lagi. Walaupun demikian, Operasi singkat de kroonduif di Papua sangat berjasa besar dalam membuka keterisolasian Papua mulai tahun 1955 sampai 1964.


Sumber : Pace.spe pro.1A-041/P13: Vlonder gebouwd en plane erop getild. Moanemani 1964.
dipublikasi oleh : Admin
Meeuwo Tempo Doeloe melalui website mogodagiblogspot.com

1 komentar:

FORMULIR KONTAK

Nama

Email *

Pesan *