Rabu, 23 September 2020

Sejarah Bougainville, Perjuangan BRA dan Presiden Revolusioner Ismael Toroama

Tambang Paguna Bougainville dan pasukan BRA


Sejarah Bougainville antara Tahun 1930 -1998 dan dilanjutkan Dengan Kisah Sang Revolusioner Bangsa Bougainville Mr.Ismael Toroama


Oleh: Parex Tekege

Di bawah pemerintahan Australia, emas Lode pertama kali ditemukan di Bougainville pada tahun 1930. Pada tahun 1969 didirikanlah Tambang Tembaga Paguna Bougainville oleh perusahaan Australia Conzinc Rio Tinto. Tambang Panguna mulai berproduksi pada tahun 1972 di bawah manajemen Bougainville Copper Ltd, dan 20% sahamnya dipegang oleh Papua Nugini. Pada masa itu, tambang Panguna merupakan tambang terbuka terbesar di dunia. Tambang tersebut menghasilkan 45% pendapatan ekspor nasional Papua Nugini dan amat penting bagi ekonomi negara tersebut.

Tambang ini menarik ribuan pendatang ke pulau Bougainville, kebanyakan adalah orang Papua Nugini yang dijuluki "kulit sawomatang" karena warna kulit mereka yang sawomatang, sementara kulit orang Bougainville berwarna hitam. Banyak pula orang "kulit putih" yang datang untuk bekerja di tambang (kebanyakan orang Australia). Kedatangan para pendatang menimbulkan ketegangan dengan orang-orang Bougainville yang tidak menginginkan orang asing di tanah mereka, terutama orang-orang PNG "kulit sawomatang" akibat perbedaan budaya.

Keadaan Tambang Tembaga Panguna setelah Bougainville sendiri Melakukan Operasi sejak tahun 1999


Sebelum kemerdekaan Papua Nugini pada tahun 1975, Pulau Bougainville telah berusaha untuk memisahkan diri dan merdeka. Perwakilannya mencapai kesepakatan dengan pemerintah Australia untuk desentralisasi lebih lanjut, yang memuaskan kekhawatiran pada saat itu.

Konflik mulai meletus semenjak beroperasinya tambang Panguna. Banyak warga setempat yang menentangnya akibat masuknya pekerja dari luar, permasalahan lingkungan dan keuntungan dari tambang yang lebih dinikmati oleh orang luar.

Pada akhir tahun 1988 konflik dimulai secara serius, ketegangan akibat keberadaan tambang ini memicu kekerasan Sehingga Tambang Tembaga ini Resmi ditutup. Walaupun awalnya hanya terjadi di area tambang, Konflik ini kemudian merebes ke seluruh wilayah Bougainville Akhirnya konflik ini pun berubah menjadi upaya Pasukan Revolusioner Bougainville (BRA) untuk memerdekakan Bougainville sehingga banyak orang non-Bougainville meninggalkan pulau itu.

Perang Saudara Bougainville pun terjadi, juga dikenal dengan nama Konflik bersenjata di Bougainville ini mulai meletus dari 1 Desember 1988 sampai 20 April 1998 antara PNG (Barisan Pembebasan Buka dan Pasukan Perlawanan Bougainville) Melawan Pasukan Revolusioner Bougainville (PRB) yang memperjuangkan kemerdekaan Bougainville. Perang ini dianggap sebagai konflik terbesar di Oseania semenjak berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945 dan telah memakan korban jiwa sebanyak 15.000 hingga 20.000 warga maupun pasukan di Bougainville.

Kelompok Pasukan Pembebasan Bougainville (BRA) dibawa Pimpinan Jendral Francis Ona, Tahun 1989


Saat itu Jendral Francis Ona sebagai Pimpinan Perang Pembebasan Bougainville bersama Jendral Sam Kauona, Jendral Teodore Miriung dan Jendral Kepala Pertahanan BRA juga sebagai Mantan Separatis Ismael Toroama dengan berani memimpin perang Pembebasan bougainville bersama Anggota BRA sejak beliau Berumur 19 tahun. Mereka bergerilya demi Kebebasan Bougainville.

Pertempuran berlanjut selama satu tahun, di mana pelanggaran HAM yang meluas diduga telah terjadi, termasuk pembakaran di banyak desa. Namun, pada awal 1990 Papua Nugini mundur, meninggalkan Bougainville dalam kendali BRA. Meskipun setuju untuk melucuti senjata dan bernegosiasi, Francis Ona pemimpin BRA, secara sepihak mendeklarasikan kemerdekaan pada Mei 1990.

Pemerintah PNG kemudian memberlakukan blokade di Bougainville. Diberlakukan menggunakan helikopter UH-1 Iroquois dan kapal patroli kelas Pasifik yang telah dipasok ke PNG sebagai bantuan oleh pemerintah Australia pada akhir 1980-an sebagai bagian dari program kerjasama pertahanan yang sedang berlangsung sejak kemerdekaan. Dukungan Australia lainnya, sebagai bagian dari upaya peningkatan kapasitasnya, termasuk pendanaan untuk PNGDF, penyediaan senjata dan amunisi, logistik, pelatihan, dan beberapa penasihat serta personel spesialis dan teknis. Bantuan serupa juga diberikan kepada polisi. Blokade akan tetap berlaku sampai gencatan senjata pada tahun 1994

Pada akhir 1990, pasukan nasional PNGDF menguasai Buka, sedangkan BRA menguasai sisa Bougainville. Upaya awal untuk menyelesaikan konflik menghasilkan kesepakatan yang ditandatangani pada tahun 1990 dan 1991; Namun, Pihak BRA tidak menghormati persyaratan PNGDF.

Kemudian pada tanggal 22 juli 1991 Kapten Pasukan Revolusioner Bougainville (BRA) Ismael Toroama tertembak di Leher. Tidak ada obat Selama masa kritisnya karena pertahanan kekuatan pasukan PNG sangat kuat sehingga mereka tidak mampu mendapatkan obat, selama masa kritis anggotanya hanya memberi air dan menjalani masa kritisnya di Hutan Rimba, Tetapi entah bagaimana sampai dia bisa selamat dari  Luka itu dan bertarung pada hari-hari berikutnya. Mungkin Tuhan Menyelamatkan hidupnya karena Beliaulah yang Pantas menjadi Presiden Pertama di Bougainville.

Selama 1991 sampai 1992, PNGDF secara bertahap kembali ke Bougainville, mengambil alih utara dan barat daya pulau utama.

Pada tahun 1992–1993, PNGDF melancarkan sejumlah serangan lintas batas tanpa izin ke pemerintah Kepulauan Solomon untuk mengejar pendukung BRA. Sejak itu Hubungan PNG dengan Kepulauan Solomon pun memburuk, dan pada suatu kesempatan pasukan PNG sempat bentrok dengan polisi Pulau Solomon yang mengakibatkan baku tembak. Di sisi lain pasukan PNGDF mendarat di pulau Oema. PNGDF, dalam aliansi dengan perlawanan, menduduki kembali Arawa , ibu kota provinsi Bougaiville, pada Februari 1993.

Pada kesempatan itu Menteri Luar Negeri PNG Sir Julius Chan berusaha mengumpulkan pasukan penjaga perdamaian dari negara-negara Pasifik, tetapi Wingti membatalkan gagasan itu. Dia kemudian memerintahkan tentara untuk merebut kembali Tambang Panguna Bougainville, dan pada awalnya berhasil. Namun, pemerintahannya berumur pendek. Pada Agustus 1994 Perdana Menteri diganti oleh jerry singirok. Serangan di Tambang Panguna bougaiville kemudian gagal, sehingga PNGDF semakin menderita dan kerugian di tangan para BRA di pedalaman pulau bougainville karena hutan membatasi visibilitas dan efektivitas patroli lainnya.

Kemudian pada tahun 1995 Pemerintah PNG jerry sangirok mengadakan negosiasi dengan sekelompok kepala suku dari klan Nasioi bougainville yang dipimpin oleh Theodore Miriung, mantan pengacara Asosiasi Pemilik Tanah Panguna. Ini menghasilkan pembentukan Pemerintahan Transisi Bougainville pada bulan April 1995, dengan ibukotanya di Buka. Miriung dinobatkan sebagai Perdana Menteri dari pemerintah yang berkompromi tetapi akhirnya "tidak mampu menjembatani kesenjangan antara garis keras di kedua sisi" Karena BRA cepat mengatasi hal ini. Melihat hal ini jerry saingirok mulai merasa frustrasi karena kurangnya kemajuan

Pada bulan Januari 1996 Salah satu pejuang BRA Johsep Kabui, ditembaki oleh pasukan PNGDF setelah kembali ke Bougainville. Kemudian, rumah perwakilan BRA di Kepulauan Solomon, Martin Mirori, dibom. BRA dibawa pimpinan Ismael Toroama kemudian melakukan tindakan pembalasan di Bougainville utara dan di Buka.

Mr.Ismael Toroama pada tahun 2002


Sejak tahun 1995 Ismail Toroama Resmi mulai memimpin BRA, kekuatan pasukan bertambah dan Mulai saat itu Kelompoknya sering melakukan serang mendadak terhadap pasukan PNG. Kini BRA semakin kuat dan merajalela di sebagian besar daratan Bougainville.

Melihat hal itu Jerry Saingrok memutuskan untuk menghentikan pasukannya, dan mulai berupaya untuk melakukan perdamaian,  pada 21 Maret 1996 jerry menyetujui pencabutan gencatan senjata di Bougainville. Dalam pidatonya kepada bangsa, Tetapi Perdamaian tidak terjadi Pada tahun 1996.

Secara pelan-pelan dan diam-diam Jerry Saingrok mengirim pasukan karena menurutnya solusi militer lebih baik untuk menghadapi BRA yang api perjuangan tidak terpadamkan itu, Sehingga pada tahun 1997 dan awal tahun 1998 masi terjadi Perang.




Setelah 10 tahun terjadi perang antara BRA melawan Ribuan Pasukan PNG dan mengorbankan banyak nyawa, akhirnya terjadi Perdamaian pada petengahan 1998.

Permusuhan diakhiri di bawah Perjanjian Perdamaian Bougainville pada tanggal 22 april 1998. Pemerintah nasional (PNG) menyetujui pendirian Pemerintah Otonomi Bougainville serta hak dan otoritas tertentu yang akan dimiliki oleh pemerintah otonom atas apa yang kemudian dikenal sebagai Provinsi Bougainville, yang mencakup pulau-pulau kecil terpencil, selain Pulau Bougainville itu sendiri.

Syarat perjanjian perdamaian adalah bahwa referendum tentang status politik Bougainville akan diadakan dalam waktu dua puluh tahun, dijadwalkan antara 2015 sampai 2020. 

Mengantisipasi jarak Referendum yang dijanjikan sekitar 20 tahun itu, pada awal Tahun 2000 Ismael Toroama mendirikan sekolah politik di mana calon politisi Bougainville dapat dilatih untuk menggantikan politisi yang sudah tua. Dia berkata bahwa sekarang dia harus bersiap untuk meneruskan kepemimpinan ini kepada generasi muda.

Pada bulan Januari 2016, Pemerintah Otonomi Bougainville dan Pemerintah Papua Nugini setuju untuk membentuk Bougainville Referendum Komisi. Komisi tersebut ditugaskan untuk membuat persiapan pemungutan suara mengenai status politik masa depan Bougainville pada tahun 2019. Referendum terjadi mulai tanggal 27  November sampai 7 Desember 2019, Mayoritas penduduk bougainville hampir 97,77% memilih untuk berdiri Sendiri dan Merdeka.

Tokoh dan Pemimpin dalam Perang Antar Saudara:
a. Tokoh dan Pimpinan Perang dari PNG antara lain sebagai berikut:
1. Julius Chan
2. Jerry Singirok  (WIA)
3. Paias Wingti
4. Bill Skate
5. Rabbie Namaliu

b. Tokoh dan Pimpinan Perang dari Bougainville antara lain sebagai berikut:
1. Francis Ona
2. Sam Kauona
3. Theodore Miriung  †
4. Ishmael Toroama
5. Joseph Kabui

Kekuatan yang dimiliki saat perang
a.  PNG :
1. 800 tentara
2. 150 polisi
3. Ribuan Pasukan perlawanan
5. 4 helikopter UH-1 Iroquois
6. 4 kapal patroli kelas Pasifik
7. Berbagai jenis Senjata Maupun Basoka, Bom dan Amunisi

b. Bougainville
1. 2.000 Pasukan Revolusioner Bougainville (PRB) dan Senapan Api standar militer serta Amunisi yang cukup.

Korban:
a. PNG:
300 Lebi pasukan PNG tewas dan Ribuan Pasukan Terluka

b.Bougainville
Setidaknya 1.000 lebih Pasukan tewas

Jumlah Secara keseluruhan Kurang lebih 15.000 hingga 20.000 Pasukan maupun masyarakat yang  tewas dalam perang ini.

Bantuan
1. PNG
Dibantu oleh Australia

2. Bougainville
diduga mendapat bantuan dari kepulauan Salomon Fiji

Menjadi Presiden itu sama halnya Seperti seseorang yang harus berjuang Manjadi PNS setelah itu Nikmati Hasil dari Perjuangannya sendiri, begitu kata Toroama. Hari ini 23/09/20 telah terjadi sejarah baru di Bougainville dilakukan oleh Sang Revolusioner Mr. Ishmael Toroama yang merupakan Mantan Separatis, KKB dan KKSB bagi PNG.

Mr.Ismael Toroama Presiden Pertama Bougainville


Mulai Hari ini Beliau akan Menikmati hasil perjuangannya selama 10 tahun hidup di Hutan Rimba, Tidak makan dan minum, lupa anak, lupa istri dan lupa segalanya demi Memperjuangkan Hak Politik bangsa Bougainville.

Beliau bukan dipilih lansung oleh Rakyat tetapi, Beliau melewati proses pemilihan secara demokrasi.  Beliau mencalonkan diri melalui Partai Aliansi Rakyat Bougainville. Setidaknya ada 12 calon Presiden, diantara dua Perempuan. Hasil Akhir Ishmael Toroama Memenangkan Pemilihan ini dan Resmi Menjadi Presiden Pertama di Bougainville*


(Ras Melanesia Patut Teladani Perjuangan Mr.Ismael Toroama)

Dari Papua Barat Untuk Saudaraku Ras Melanesia, Dengan segala Hormat saya atas nama Parex Tekege Ucapakan Selamat Memimpin Negara Bougainville Presiden Revolusioner Mr.Ismael Toroama.


Sumber : Sejarah, Gencetan senjata dan Referendum Bougainville
dipublikasi oleh : Parex Tekege sebagai Admin Meeuwo Tempo Doeloe melalui website mogodagiblogspot.com

1 komentar:

  1. Be strong to west Papua as that state God be bless them as New state in Century of 21th .

    BalasHapus

FORMULIR KONTAK

Nama

Email *

Pesan *