Suasa Anggota terpilih pembentukan Sinode Pertama GKI di Papua yang sedang berkumpul di Abepura. doc sticting papua erfgoed |
SELAMAT HARI ULANG TAHUN GEREJA KRISTEN INJILI (GKI) DI TANAH PAPUA KE-64
(26 Okt 1956-26 Okt 2020)
Pada tanggal 18 Oktober 1956 berkumpulah para anggota terpilih yang akan membentuk Sinode Pertama GKI di Abepura. Pada hari-hari
pertama diadakan pembicaraan tentang hasil -hasil diskusi di resort-resort mengenai Rancangan Tata Gereja, maka tibalah hari yang menentukan, tanggal 26 Oktober 1956, Pemimpin lapangan Zending Gereja Hervormd Belanda, yang telah bekerja selama 100 tanun di Papua, mengadakan pidatonya yang terakhir. Ia menyatakan bahwa semua anggota sinode yang hadir dipilihmenurut tata gereja dan pertemuan ini dapat dipandang sah. Kemudian menyusul pemilihan ketua sinode.
Dengan hampir suara bulat telah terpilih Pendeta Filip Yakob Spener Rumainum, Sebagai wakil ketua terpilih pendeta H.
Mori-Muzendi, sedangkan panitera selama berlangsungnya sinode pertama ini adalah Pendeta A.M. Middag.
Kemudian berlangsung pelimpahan wewenang, zending yaitu tokoh pemimpin lapangan menyerahkan kedudukan dan mengundurkan diri, ketua menerima palu, yang berupa lambang ikan (dari: huruf-huruf pertama
Yesus Kristus Anak Allah Juruselamat menurut bunyinya dalam bahasaYunani = Ichtus/ikan) dan memimpin rapat-rapat selanjutnya.
Berbagai surat dan telegram dibacakan, a.l. dari Gubernur Papua saat itu Dr.J. Van Baal.
Dalam pidatonya Gubernur menyatakan bahwa zending adalah lembaga pertama yang telah secara intensif melibatkan diri dengan Papua
dan sekarang pun merupakan instansi pertama yang telah membangunorganisasi sendiri di bawah pimpinan orang pribumi, juga Pengurus Lengkap beranggotakan hanya satu orang kulit putih. GKI disahkan dengan surat Keputusan Gubernur dari Pemerintah Nederlands Nieuw-Guinea 8 Pebruari 1957 No. 26.
Nama-nama anggota Badan Pengurus Lengkap Sinode GKI adalah: Pendeta F.J.S. Rumainum (ketua), H. Mori-Muzendi (wakil ketua), F.C. Kamma(panitera), S. Liborang (berasal dari Sangir, keuangan), E. Osok, dan
penatua A. Krey dari Biak.
Beberapa resort diketuai seorang kulit putih,
tetapi kebanyakan ketua resort adalah orang Papua.
1 tahun setelah berdirinya GKI, ketua sinode Pendeta Rumainum, melaporkan bahwa pada tahun 1956 terdapat 130.000 lebih orang Kristen, 580 jemaat dan 186 calon jemaat.
(Sumber : Ajaib di Mata Kita-Jilid III)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar