Jumat, 25 Desember 2015

Selamat Natal Mama, TAHUN INI AKU TIDAK PULANG


foto usai menyiapan sayur paku dua tahun yang lalu
Aku merenung sejenak menatap lampu jalanan yang sudah menyala. ku susuri perlahan trotoar berdebu itu dengan perlahan tanpa berniat untuk cepat-cepat segera berlalu. Sementara itu suara adzan maghrib sudah menghiasi langit sore yang cerah itu. Aku masih ingin tetap menikmati sore ini, namun aku tak tahu bagaimana caranya.

Malam ini adalah malam Natal. Tapi aku tak merasakan itu akan segera terjadi. Hati ku masih beku dan lidah ku rasanya kelu untuk berbicara sekata pun. Aku hanya tahu, malam ini Christmas Eve dan aku ingin menghadiri misa malam Natal. Ku lirik jamku, masih setengah tujuh sore, Misa ibadah dimulai pukul delapan malam. Ku nikmati suasana jalanan yang ramai sambil menunggu waktu itu.

Di sini aku teringat rumah ku, tanah kelahiranku. Selalu terbayang malam Natal yang indah dengan bintang-bintang ramah berkelap-kelip menemani malam Natal. Dan di telingaku selalu berdentang lonceng Gereja yang bertalu-talu silih berganti dari semua penjuru. Namun disini suasana syahdu itu tak ku dapatkan, tiga tahun aku merindukan suasana Natal kota kecil ku. Sesudah itu aku melanjutkan langkahku.

Aku berbelok ke kiri menuju jalan kecil ke arah gereja. Pada tikungan pertama terdapat gereja Katedral Bogor tempatku beribadah malam ini. Saat aku berjalan perlahan memasuki gerbang gereja, Umat sudah mulai memenuhi tempat duduk dalam gereja. Sementara parkiran penuh dengan mobil mewah dan sepeda motor.

Para penerima tamu telah berdiri menerima setiap umat yang datang. Tampak sukacita tergambar di wajah-wajah mereka. Kurasa hanya aku yang murung dalam sukacita Natal ini. Dalam hati ku tekadkan untuk mencari makna sesungguhnya dari malam Natal ini. Aku malu, malu kepada Tuhan-ku. Aku tak ingin Natal tahun ini ku nodai dengan perbuatan ku yang tidak layak disebut sebagai orang Kristen.

Misa Natal berjalan dengan khidmat. Semuanya kumaknai dengan kasih dari Tuhan yang nyata melalui kedatangan Yesus Kristus Sang Juru Selamat. Dalam jiwaku bergejolak sebuah penyesalan yang dalam, sementara itu aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Hanya penyesalan dan sukacita yang ada dalam jiwaku.

Malam telah larut saat misa malam Natal usai. Semuanya kembali dengan membawa sukacita yang baru. Bersalam-salaman dalam damai dan sukacita yang indah. Semuanya tertawa, tersenyum saling memberikan ucapan syukur dan selamat Natal. Namun di balik itu semua jauh di dalam lubuk hati ku ini, terbayang wajah ayah dan ibuku, wajah saudara-saudara ku. Aku melihat wajah seorang ibu yang sudah mulai tua, dalam kerinduan berdiri di depan pintu memandang ke ujung jalan. Akankan anak-ku Pulang dan natalan bersamaku

Ini Natal ku yang ketiga tanpa kehadiran kedua orang tuaku dan ketiga saudaraku di sampingku. Dapat kulihat dengan jelas rumah kami yang sederhana itu semakin sepi penuh kerinduan.

Aku mendapatkan rasa sepi itu. Rasa sepi namun penuh dengan sukacita pengharapan. Aku hanya bisa berharap tahun depan aku akan pulang untuk merayakan natal bersama mereka.

Aku teringat dengan isi pembicaraan ku dengan mama di telepon beberapa hari yang lalu. Ku rasakan kesepian itu semakin dalam intonasi suaranya.
“ mama waee, mungkin tahun depan aku baru bisa pulang untuk merayakan natal, doakan saja semuanya sehat-sehat saja.”
“ Baiklah, mama berharap juga bisa pulang bersama-sama dan kita bisa berkumpul lagi.”
“ Semoga saja ma, tapi tahun ini aku tidak bisa pulang.”

Kudengar keiklasan yang dalam dari kata-katanya. Serta sebuah pengharapan. Dan aku juga berharap semua itu terjadi, dan aku merenung kembali Karena pasti berkumpul kembali merayakan Natal bersama-sama.

Aku ingin berteriak ke seluruh jagan raya. Ingin kusampaikan kerinduan ini dan kuteriakan “ SELAMAT NATAL DUNIA…!!!”. dalam taksi yang sepi itu aku berbisik di dalam hati, “ Selamat Natal Mama, TAHUN INI AKU TIDAK PULANG.

Penulis: Koteka Son

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORMULIR KONTAK

Nama

Email *

Pesan *