Oleh: Maikel Tekege
Dengan bangga dan penuh keyakinan, Jokowi berangkat ke Papua dengan
agenda yang bukan menjadi substansi persoalan yang dihadapi oleh orang
Papua. Beliau ke Papua untuk meresmikan beberapa gedung, sementara
masyarakat menuntut keadilan dan pengakuan.
Adalah bukan hal baru bagi masyarakat Papua, ketika pemerintah indonesia di papua memberikan sedikit fasilitas sebagai bargaining power untuk tdk mengemukakan pandangan politiknya, padahal tdk semudah dan semurah itu.
Foto Profil Maikel Tekege Alias Ipou Igo`n |
Adalah bukan hal baru bagi masyarakat Papua, ketika pemerintah indonesia di papua memberikan sedikit fasilitas sebagai bargaining power untuk tdk mengemukakan pandangan politiknya, padahal tdk semudah dan semurah itu.
Sejumlah pelanggaran HAM terus terjadi tanpa upaya penyelesaian yang
jelas. Masyarakat Papua sedang mengeluarkan air mata darah. Mereka
kehilangan anaknya, istrinya, suaminya, saudara_saudarinya. Mereka
menuntut keadilan, dan pengakuan kemudian pertanggungjawaban atas semua
persoalan ini.
Lalu pantaskah negara hadir dengan agenda yang justru membuat orang papua semakin marah dan menderita? Setidaknya, negara harus tahu malu. Tetapi karena misi terselubung negara menguasai Papua sehingga cukup sulit bagi negara untuk memiliki rasa malu ini. Apalagi merasa bersalah.
Oleh karena itu, soal Freeport Indonesia, agenda kunjungan Jokowi ke Papua dan istilah Pembangunan, tidak usah kaitkan dengan penyelesaian persoalan Papua.
Esensinya, yang mengusir Freeport Indonesia adalah rakyat Papua yang sadar, yang menjalankan pembangunan di papua adalah hanya memperkuat hegemoni negara, sedangkan kehadiran Jokowi untuk kepentingan memperbaiki citra negara Indonesia yang rusak di mata masyarakat Internasional.
Oleh karena itu, rakyat Papua jangan terpengaruh dengan konspirasi politik Indonesia yang merendahkan harkat dan martabat manusia Bangsa Papua ini. Semoga.......!!!!
Lalu pantaskah negara hadir dengan agenda yang justru membuat orang papua semakin marah dan menderita? Setidaknya, negara harus tahu malu. Tetapi karena misi terselubung negara menguasai Papua sehingga cukup sulit bagi negara untuk memiliki rasa malu ini. Apalagi merasa bersalah.
Oleh karena itu, soal Freeport Indonesia, agenda kunjungan Jokowi ke Papua dan istilah Pembangunan, tidak usah kaitkan dengan penyelesaian persoalan Papua.
Esensinya, yang mengusir Freeport Indonesia adalah rakyat Papua yang sadar, yang menjalankan pembangunan di papua adalah hanya memperkuat hegemoni negara, sedangkan kehadiran Jokowi untuk kepentingan memperbaiki citra negara Indonesia yang rusak di mata masyarakat Internasional.
Oleh karena itu, rakyat Papua jangan terpengaruh dengan konspirasi politik Indonesia yang merendahkan harkat dan martabat manusia Bangsa Papua ini. Semoga.......!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar