Kamis, 30 April 2020

Membuka Kebun Bersama-Sama (Bugi Enaimo Ekowai)/Oda Owada Menghadapi Kelaparan (Koyawau)

Orang sedang berkebun. Photo.DocMD

Oleh: Raimondus Mote

MEMBUKA LADANG/KEBUN BERSAMA-SAMA (BUGI ENAIMO EKOWAI)/ODA OWADA MENGHADAPI KELAPARAN (KOYAWAU)

Pengantar.

Membuka lahan kerja kebun secara bersama2 (bugi enaimo ekowai) dalam mewujudkan lahan pertanian baru atau di pekarangan rumah dihiasi dengan apotik hidup (Oda Owada) merupakan budaya Suku Mee Pegunungan Papua layaknya konsep 3W (wen, wam, wene,) suku dani dan konsep pangkur sagu ala pesisir pantai Papua sesuai dengan budaya pd suku masing2 di Papua. Tulisan saya hanya menyoroti Enaimo Bugi ekowai ala masyarakat Mee di Papua dlm menghadapi situasi  kekinian covid 19 dampak kelaparan.

1. Membuka lahan /Kebun (enaimo ekowai).

Membuka kebun sebagai bagian dalam aktivitas sehari-hari masyarakat, ini membuktikan bahwaasyarakat Mee terbiasa hidup dan menetap dan tidak berpindah2 secara nomaden. Pemenuhan kebutuhan sehari2 sangat dibutuhkan dari hasil olah kebun baik di pekarangan rumah maupun di ladang kebun. Masyarakat mee hidup di suku dingin sekitar lembah2, lereng2 gunung, pinggir2 danau2 wissel dan lembah2 daerah panas dengan suhu panas secara bervariasi. Khususnya bekerja kebun dan beternak babi utk kebuhan sehari2 adapula berburu dan mencari ikan. Pemukiman2 masyarakat lokal dengn pagar, mengelilingi kebun dan rumah, mencangkul, membersihan beden, tanaman seperti sayur mayur, keladi, ubi, singkong, pisang dan tanaman lainnya utk kebutuhan hidup. Ladang2 yg dipersiapkan dirawat sampai panen hasilnya. Demi mencapai hasil yg maksimal maka harus mencurahkan keringatnya dan dinikmati bersama oleh keluarga dan sebagian lagi dijual di pasar3 tradional. Sistem pertanian masyarakat kita blm bisa dieksport dlm jumlah yg besar tp hanya utk konsumsi lokal saja.

2. Oda Owada/Apotik Hidup di Halaman Rumah

Tanaman sekitar rumah Sebagai apotik hidup dihalaman rumah Konsep oda owada sdh menjawab konsep konstruksi rumah dengan istilah Owaa migi, akan ttpi pd bagian ini memperkenalkan Owaa edaa. Owas edaa Kata ini selalu multitafsir tp bada dasarnya bagaimana membenahi diri utk konsisten pada suaty tempat. Pagar rumah = Owaa edaa sdh jelas namun blm puas jika blm ada tanaman disekitar rumah. Sepanjang blm melakukan kegiatan2 yg langsung dengan tanaman sekaligus menghiasi halaman rumah dengan tanaman ubi, keladi, tebu, pisang, talas dst. Maka akan disebut Owaa Edaa bukan hanya pagar sekitar rumah saja. Owaa edaa sebagai inspirasi konsisten melakukan kerja2 harian tanpa terbawa arus dengan segala pengaruh termasuk togel, judi, dadu, miras, porkas, king dan bilyar. Hal ini terjadi krn adanya pengaruh yg masuk pada fase pertama orang mee dengan adanya jalan trans nabire-ilaga banyak orang sdh mulai terpengaruh kemudian fase kedua yaitu adanya pemekaran wilayah banyak yg mengharapkan bras raskin, dana desa, dana respek yg bersifat konsumtif tdk mengelolah tanah secara kontinyu. Tdk semua masyarakat demikian tp terlihat demikian. Berkutnya tanah yg harusnya dikelolah malah dijual kpd pemerintah daerah, pengusaha atau orang2 lain adanya pemekaran kabupaten sehingga banyak yg membutuhkan lokasi. 

3. Koyawau atau Istilah kelaparan besar akibat gagal panen.

Musibah gagal panen bisa saja terjadi pada wilayah tertetu dengan perubahan iklim. Bisa banjir mengenal areal pertanian, kekeringan, serangan hama tanaman atau wabah yg terjadi pada tanaman pertanian milik masyarakat. Koyawau atau Kelaparan pernah terjadi dahulu kalah dan pernah diceritakan oleh orang tua saya kelaparan besar dari timur ke barat dan sekarang terjadi sebaliknya dari barat ke timur sebagai akibat dari Korona Virus. Dahulu orang tua saya ceritkan bahwa kakek buyut sya mereka kerja kebun disaat kelaparan besar dengan mengikat punggang mrk baru bekerja, tanaman2 pertanian kering atau gagal panen yg lebih parah lagi blm ada Pemerintah sehingga tdk ada bantuan bahan makanan dari Pemerintah sehingga mrk harus makan Ubi Kayu dan ikan dan Kus2 sedikit2 saja utk bertahan hidup itu merupakan pengalaman kakek buyut sya yg diceritakn oleh orang tua saya. 

4.Penutup

Sebagai penutup dari tulisan ini maka sebagai pola hidup enaimo bugii ekowai ini dilaksanakan pada saat sekarang ini dengan melihat dan menjawab tantangan kekinian situasi dan kondisi masyarakat global yg terdampak korona banyak yg tdk kerja maka akan timbul kelaparan dan kemiskinan sebagaimana yg terjadi di banyak2 negara di belahan dunia. Kita di Papua bersyukur krn punya lahan yg luas siap dikelolah asalkan kita rajin bekerja. Masyarakat hendaknya siap menghadapi inflasi tinggi dan krisis moneter.  dengan penguatan akan pangan lokal  Papua pasti masyarakat kita siap bekerja dan siap hadapi tantangan kekinian. Dengan bekerja secara tradional ala Papua pasti bisa, semoga.

Penulis adalah seorang Pamong
Admin MD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORMULIR KONTAK

Nama

Email *

Pesan *