Ditengah Keramaian Bunyi Petasan.
Namun, Bunyi Senjata Menghasilkan Amunisih Merajalela dan Nyawa Pada Melintasi
Diatas Tanah.
Photo: Ako/PKK |
Jayapura 8/12/15,
Mengenang sebagai satu tahun Paniai Berdarah. Namun, sebagai menghening dan di
STFT pernggelar sebagai paniai berdarah adalah pembunuhan, yang kegiatan
berlangsung mengarak-arakkan sebuah fragmen, begituh menceritakan sebagai tanda
kejadian paniai berdarah.
Paniai berdarah
sebagai pembunuhan yang mengakibatkan beberapa nyawa diantaranya; Siswa
(pelajar) dan masyarakat sipil.begituh pun hingga saat ini tak terungkap pelaku,
dari pihak yang menangani itulah HAM menutup mata membungkam ruang gerak
masyarakat.
Dengan itu di
STFT gabungan daripihak organ tentunya; Rohaniwan, Masyarakat. Mahasiswa,
PMKRI, GMKI, FIM, dan beberapa gabungan lainnya yang menghadiri di acara
tersebut.
Beberapa itu
mengenakan tanda duka dengan kain hitam sebagai tanda duka sambil mengenang
kembali.
Mereka
mengatakan kami duka, kami sedih karena terus menerus pembunuhan itu meningkat
teriring waktu berjalan, dan apa salah kami, keluarga (masyarakat) kami dibunuh
yang tak bersalah oleh TNI/POLRI. Dan lebih menekankan lagi kalian buka mata,
kami tak salah kami manusia biasa yang hidup di bumi kami sendiri di tanah ini,
ungkap mereka saat acara berlangsung.
Sebelum acara
berlangsung, di jayapura aktifitas pagi memalang dengan swiping jalanan tanpa
alasan apa pun dan tiba-tiba, swiping dalam pemeriksaan berlangsung yang dalam
hal bagi yang mengenakan atribut bermotif anggota, diri saya penulis tak tahu
apa maksud mereka.
Pemeriksaan itu
berlangsung di areal jalan arah abe waena, tentunya dalam hal mereka tak
terduga, pasti saja meluangkan dalam kesempatan tertentu.
Lanjut 8
desember, mengingat; dengan itu pada tahun kemaring di tanggal 8 desember 2014,
tepatnya di paniai enarotali lapangan karel gobai, namun kejadian itu hanya
sepeleh, beranjak dari peristiwa di ipahiye dengan sebuah poskoh natal yang
meramaikan dengan tembang natal.
Paham; di bulan
desember sebagai bulan kelahiran sang raja damai, dan lebih paham juga di papua
sebagai mayoritas kristen, dengan itu juga mereka bersorak sorai sambil
menjemput tanggal 25 desember, sebagai kelahiran yesus kristus yang sebagaimana
merayakan hari perayan besar kelahirannya bagi umat kristen.
Itu kejadian
lagi, bukan permainan yang siap kalah dan menang, meningkat kejadian, ditengah
Keramaian Bunyi Petasan. Namun, Bunyi Senjata Menghasilkan Amunisih Merajalela
dan Nyawa Pada Melintasi Diatas Tanah./(Ako)
Penulis adalah: Mahasiswa PAPUA yang juga Kuliah di PAPUA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar