Kamis, 10 Desember 2015

Mengenang 8 Desember sebagai satu tahun Paniai Berdarah



Ditengah Keramaian Bunyi Petasan. Namun, Bunyi Senjata Menghasilkan Amunisih Merajalela dan Nyawa Pada Melintasi Diatas Tanah.

Oleh: Marco Tatogo
Photo: Ako/PKK

Jayapura 8/12/15, Mengenang sebagai satu tahun Paniai Berdarah. Namun, sebagai menghening dan di STFT pernggelar sebagai paniai berdarah adalah pembunuhan, yang kegiatan berlangsung mengarak-arakkan sebuah fragmen, begituh menceritakan sebagai tanda kejadian paniai berdarah.

Paniai berdarah sebagai pembunuhan yang mengakibatkan beberapa nyawa diantaranya; Siswa (pelajar) dan masyarakat sipil.begituh pun hingga saat ini tak terungkap pelaku, dari pihak yang menangani itulah HAM menutup mata membungkam ruang gerak masyarakat.

Dengan itu di STFT gabungan daripihak organ tentunya; Rohaniwan, Masyarakat. Mahasiswa, PMKRI, GMKI, FIM, dan beberapa gabungan lainnya yang menghadiri di acara tersebut.

Beberapa itu mengenakan tanda duka dengan kain hitam sebagai tanda duka sambil mengenang kembali.

Mereka mengatakan kami duka, kami sedih karena terus menerus pembunuhan itu meningkat teriring waktu berjalan, dan apa salah kami, keluarga (masyarakat) kami dibunuh yang tak bersalah oleh TNI/POLRI. Dan lebih menekankan lagi kalian buka mata, kami tak salah kami manusia biasa yang hidup di bumi kami sendiri di tanah ini, ungkap mereka saat acara berlangsung.

Sebelum acara berlangsung, di jayapura aktifitas pagi memalang dengan swiping jalanan tanpa alasan apa pun dan tiba-tiba, swiping dalam pemeriksaan berlangsung yang dalam hal bagi yang mengenakan atribut bermotif anggota, diri saya penulis tak tahu apa maksud mereka.

Pemeriksaan itu berlangsung di areal jalan arah abe waena, tentunya dalam hal mereka tak terduga, pasti saja meluangkan dalam kesempatan tertentu.

Lanjut 8 desember, mengingat; dengan itu pada tahun kemaring di tanggal 8 desember 2014, tepatnya di paniai enarotali lapangan karel gobai, namun kejadian itu hanya sepeleh, beranjak dari peristiwa di ipahiye dengan sebuah poskoh natal yang meramaikan dengan tembang natal.

Paham; di bulan desember sebagai bulan kelahiran sang raja damai, dan lebih paham juga di papua sebagai mayoritas kristen, dengan itu juga mereka bersorak sorai sambil menjemput tanggal 25 desember, sebagai kelahiran yesus kristus yang sebagaimana merayakan hari perayan besar kelahirannya bagi umat kristen.

Itu kejadian lagi, bukan permainan yang siap kalah dan menang, meningkat kejadian, ditengah Keramaian Bunyi Petasan. Namun, Bunyi Senjata Menghasilkan Amunisih Merajalela dan Nyawa Pada Melintasi Diatas Tanah./(Ako)

Penulis adalah: Mahasiswa PAPUA yang juga Kuliah di PAPUA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FORMULIR KONTAK

Nama

Email *

Pesan *