KEADILAN
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran" [1]. Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil" [2]. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya.
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran" [1]. Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil" [2]. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya.
KEBENARAN
Tiada perasaan lainnya dalam jiwa manusia yang dapat membawa suka cita dan kebahagiaan dari pada mengetahui bahwa Anda sedang melakukan segala sesuatu untuk menjadi orang yang benar.
Kita hidup pada masa di mana banyak pria dan wanita tidak mempertimbangkan moralitas terhadap tindakan mereka, makanya mereka percaya bahwa apa yang mereka lakukan hanya memiliki akibat sosial. Dalam hal ini mereka mengyangkal Allah, dan mereka juga menyangkal bahwa hal-hal kalau tidak benar adalah salah.
Setiap dari kita pada suatu saat atau lainnya telah mendengar pernyataan, "baiklah, lakukan apa yang Anda ingin lakukan," dan hal itu sama dengan kebanyakan penduduk bumi ini.
Saya bersaksi kepada Anda bahwa ada cara yang lebih baik. Itu adalah untuk menjalankan hidup yang benar.
Kata kebenaran adalah kata yang paling menarik dan unik. Itu adalah sebuah kata yang meliputi deretan elemen yang luas yang menyebar dan mencakup semua sifat Allah. Orang seperti itu, yang saleh, adalah seperti Allah.
Benar dan salah memang ada dan saling bertentangan. Tindakan manusia tentunya mempunyai akibat moral. Injil Yesus Kristus mendefinisikan kepada kita perbedaan antara apa yang baik dan apa yang jahat. Apa yang baik berasal dari Allah. Kristus berkata: "Dan segala sesuatu yang menggerakkan manusia untuk berbuat baik berasal dari Aku, karena kebaikan tiada lain, hanya berasal dari Aku. Akulah yang sama yang memimpin manusia kepada segala yang baik" (Eter 4:12).
Kebenaran adalah gabungan dari segala yang baik. Itu memeluk asas-asas kuasa surgawi dan hukum di mana segalah hal tentang Allah ditangani dan dikendalikan serta dikuasai.
Dalam kebenaran ada kesederhanaan yang besar. Dalam setiap pilihan yang menghadapi kita dalam kehidupan ada cara yang benar atau cara yang salah untuk melanjutkan. Jika kita memilih cara yang benar, kita didukung dalam tindakan kita dengan asas-asas kebenaran di mana ada kekuatan dari surga. Bila kita memilih cara yang salah dan bertindak pada pilihan itu, tiada janji atau kekuatan surgawi seperti itu, dan kita sendirian dan ditakdirkan untuk gagal.
Pertanyaan muncul: Bagaimana kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah? Seperti Bapa Surgawi kita yang mengirim Putra-Nya Yesus Kristus, untuk menciptakan bumi ini dan melaksanakan dan menguasai semua hal yang berkaitan dengan itu, maka Dia mengirim Roh Kudus untuk bertindak sebagai perantara antara manusia di bumi dan terang dari Roh.
Terang dari Roh diorganisasi sebagai sistem komunikasi untuk menyampaikan konsep kebenaran ke dalam pikiran anak-anak Allah. Sebagai perantara dari kuasa yang besar ini, Roh Kudus akan menerangi pikiran kita dan memberikan kepada kita kejelasan dalam memahami konsep kebenaran bila kita mematuhi hukum-hukum yang menguasai penggunaan Roh. Ini adalah cara di mana Bapa di Surga kita mengajari kita kebenaran dari kesalahan. Jika kita bersedia untuk belajar cara-Nya dan mematuhinya, kita tidak akan pernah perlu untuk menebak, tetapi akan selalu mengetahui dengan yakin perbedaan antara kebenaran dan kesalahan.
Dalam kebenaran ada pemenuhan iman dan pengharapan. Setiap berkat yang Tuhan janjikan kepada anak-anak-Nya adalah ditentukan berdasarkan ketaaatan terhadap hukum dan perintah-Nya. Ketaatan terhadap hukum dan perintah-Nya adalah yang membuat kita benar, dan kebenaran itu membuat kita memenuhi syarat menerima berkat-berkat yang dijanjikan.
Setiap dari kita hidup dengan keadaan masing-masing. Ada tantangan dengan kesehatan, ekonomi, pendidikan, hidup sendirian kesepian, tekanan, perundungan, pelanggaran dan daftar tiada habisnya tentang kondisi yang ada. Solusi pada segala tantangan ini adalah kebenaran.
Di mana ada ketidakpatuhan pada hukum dan perintah Allah, dalam kebaikan hati Dia memberikan bagi kita hukum pertobatan. Bila kita bertindak terhadap hukum yang luar biasa ini, kita akan diampuni dari ketidakpatuhan kita dan menjadi lebih benar, demikian pertobatan membimbing kita pada kebenaran. Banyak, secara nyata kebanyakan tantangan yang kita miliki dalam kehidupan fana dapat dipecahkan melalui pertobatan. Segalanya akan dapat diselesaikan akhirnya melalui kebenaran.
Ada suka cita dan kebahagian yang besar dalam berusaha untuk hidup benar. Dengan istilah yang sederhana, rencana Allah bagi anak-anak-Nya adalah bahwa mereka datang ke bumi ini dan berbuat segala sesuatu yang mereka bisa untuk belajar dan hidup dalam kepatuhan terhadap hukum-hukum. Kemudian, setelah mereka berbuat segala sesuatu, pekerjaan penyelamatan Juruselamat Yesus Kristus, cukup untuk berbuat segala yang tidak mereka bisa lakukan kepada diri mereka sendiri.
Nabi Moroni zaman dulu, sewaktu dia menyelasaikan tugas dan menutup ringkasan catatan tentang hubungan Allah dengan orang-orang-Nya, yang mana adalah Kitab Mormon, mengatakannya dengan cara ini: "Ya, datanglah kepada Kristus, dan jadilah sempurna di dalam Dia, dan tolaklah segala hal yang tidak bertuhan; dan jika kamu akan menyangkal segala hal yang tidak bertuhan dan mengasihi Allah dengan segala daya, pikiran dan kekuatanmu, maka karunia-Nya cukup untukmu, supaya oleh kasih karunia-Nya kamu menjadi sempurna dalam Kristus" (Moroni 10:32). Cara Moroni mengatakan berbuatlah segala sesuatu adalah untuk mengasihi Allah dengan segala daya pikiran dan kekuatanmu.
Berusaha untuk hidup benar adalah mencoba untuk melakukan segala sesuatu yang kita bisa dalam kepatuhan. Dengan ini datang kedamaian dalam dan penghiburan bahwa dalam melakukan segala yang kita bisa, rencana Allah kita akan selesai atas nama kita. Tiada perasaan lainnya dalam jiwa manusia yang dapat membawa sukacita dan kebahagian daripada mengetahui bahwa Anda sedang melakukan segala sesuatu untuk menjadi orang yang benar.
Dalam kebenaran ada keselamatan dan keamanan. Dengan itu kita mengikat Tuhan. Dia mengatakan: "Karena nama orang yang benar akan dituliskan di dalam kita kehidupan dan kepada mereka akan aku anugerahkan sebuah warisan di sebelah kanan-Ku. Saudara-saudaraku, apa yang dapat kamu katakan me-ngenai ini? Aku berkata kepadamu, jika kamu bicara menantangnya, tidak menjadi soal, karena firman Allah harus digenapi" (Alma 5:58).
Dalam dunia ini di mana pelanggaran, korupsi, dan terorisme menimbulkan ketakutan kepada manusia, di mana kita berpaling untuk keselamatan dan keamanan? Tidak ada keselamatan dan keamanan kecuali dalam kebenaran. Tidak ada tempat berlindung. Tidak ada tembok yang akan menahan iblis dan usahanya untuk menantang semua kebenaran. Tidak ada pembelaan terhadap yang tidak pasti dan yang tidak diketahui kecuali kebenaran. Ketakutan dalam hati dan pikiran manusia dapat menjadi damai hanya dengan menggantikan ketakutan itu dengan sebuah pengertian tentang rencana kebahagian Allah dan pengetahuan bahwa mereka melakukan segala sesuatu untuk menjadi benar dan layak untuk sesuai dengan keselamatan kekal.
Sewaktu kekuatan dari kebaikan dan kejahatan menjadi lebih jelas, mereka yang tidak mempunyai akibat moral pada kelakuan mereka akan menemukan kehidupan mereka dalam kekacauan di mana pola hidup mereka akan menjadi berat bagi mereka. Kemudian wahyu akan digenapi di mana dikatakan: "Dan segala sesuatu akan menjadi kacau dan sesungguhnya, manusia akan hilang keberaniannya, karena rasa takut akan menimpa semua orang" (A&P 88:91).
Bila harinya tiba, Orang-orang Suci Allah yang saleh akan menjadi satu-satunya umat yang dikuasai dengan baik dengan siapa dunia akan dapat berpaling. Di sanalah di mana mereka akan menemukan kestabilan dan kekokohan. Mereka akan datang, dengan tidak mengetahui ajaran dari yang benar, tetapi itu akan menjadi seperti yang diramalkan: "Karena lihatlah, Aku berfirman kepadamu bahwa Sion akan berkembang dan kemuliaan Tuhan akan berada di atasnya. Dan dia akan menjadi sebuah panji bagi bangsa-bangsa dan akan datang kepadanya orang-orang dari segala bangsa di kolong langit" (A&P 64:41¬42).
Kebenaran adalah cara yang lebih baik. Akhirnya, itulah cara satu-satunya. Dalam kebenaran ada kekuatan untuk menyediakan suka cita dan kebahagian dan keamanan dan keselamatan yang diinginkan dan dicari dari semua masa generasi.
Kelihatannya seperti solusi yang sederhana tetapi kenyataannya adalah bahwa "Setan berkeliaran di negeri dan dia melanjutkan menipu bangsa-bangsa" (A&P 52:14). Ada pertentangan. Benar dan salah memang ada. Tindakan kita sungguh mempunyai akibat moral. Tidak ada cara benar untuk melakukan hal yang salah.
Sebagai seorang yang dipanggil sebagai saksi Yesus Kristus dan untuk memaklumkan injil-Nya, saya memohon bahwa Anda tidak akan menunda melakukan segala sesuatu yang Anda dapat lakukan. Bahwa Anda akan berusaha untuk me- ngetahui hukum-hukum dan perintah-perintah-Nya dan bekerja dengan mendesak untuk mematuhinya. Dengan ini Anda akan memasuki sebuah proses yang akan membuat Anda saleh dan demikian layak untuk berkat-berkat yang dijanjikan.
Yesus Kristus adalah pemimpin pekerjaan ini. Dia adalah Allah kebenaran. Dalam belas kasih-Nya yang penuh kebaikan budi Dia menyediakan bagi kita seorang Nabi yang benar, dengan siapa, yang jika kita ikuti, kita akan melakukan apa yang benar. Untuk kebenaran dari kenyataan ini dan kata-kata yang saya ucapkan saya bersaksi dalam nama Yesus Kristus, amin.
KEJUJURAN
Arti jujur
Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Dalam praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya.
Kenapa harus jujur?
Saya sering mendengar orang tua menasehati anak supaya harus menjadi orang yang jujur. Dalam mendidik dan memotivasi supaya seorang anak menjadi orang yang jujur, kerap kali dikemukakan bahwa menjadi orang jujur itu sangat baik, akan dipercaya orang, akan disayang orang tua, dan bahkan mungkin sering dikatakan bahwa kalau jujur akan disayang/dikasihi oleh Tuhan. Tapi setelah mencoba merenungkan dan menyelami permasalahan kejujuran ini, saya masih merasa tidak mengerti: "Kenapa jadi orang harus jujur?"
Umumnya jawaban yang saya dapat adalah bahwa kejujuran adalah hal yang sangat baik dan positif, dan kadang saya juga mendapat jawaban bahwa "Pokoknya jadi orang harus jujur!"
Jawaban-jawaban tersebut sampai saat ini memang sudah saya anggap "benar", tapi saya masih selalu tergelitik untuk terus mempertanyakan: "Kenapa orang harus jujur? Apakah baik dan positifnya? Lalu bagaimana juga jika dikaitkan dengan proses Siu Tao ( ) kita?"
Bagaimana bersikap jujur
Selain pertanyaan - pertanyaan diatas, selanjutnya dalam benak saya timbul pertanyaan: " Bagaimanakah kejujuran itu dapat dipraktekkan dalam sehari-hari, serta bagaimanakah sikap kita sebagai (dibaca: agar dapat menjadi) seorang Tao Yu ( ) yang jujur?"
• Apakah kita sama sekali tidak boleh berbohong?
• Dan mungkinkah kita selalu jujur dalam kehidupan sehari-hari ini?
• Ataukah masih ada toleransi bagi kita untuk berbohong dalam hal-hal tertentu atau demi kepentingan tertentu?
Nah, sekali lagi saya mengajak para pembaca untuk merenungkannya bersama!
Contoh yang "Lucu" (dibaca: tidak jujur)
Dalam kehidupan sehari-hari, saya sering melihat (bahkan juga ikut terlibat) dalam berbagai macam bentuk aktivitas interaksi sosial dimasyarakat, yang justru kebanyakannya adalah wujud realisasi dari sikap tidak jujur dalam skala yang sangat bervariasi, seperti:
Sering terjadi, orang tua bereaksi spontan saat melihat anaknya terjatuh dan berkata "Oh, tidak apa-apa! Anak pintar, enggak sakit, kok! Jangan nangis, yach!".
Menurut saya, dalam hal ini secara tidak langsung si-anak diajarkan dan dilatih kemampuan untuk dapat "berbohong", menutup-nutupi perasaannya (sakit) hanya karena suatu kepentingan (supaya tidak menangis).
Selain itu saya juga sering melihat dan mengalami kejadian seperti: Saat seseorang bertamu kerumah orang lain, ketika ditanya: " Sudah makan, belum?", walaupun saya yakin tawaran sang tuan rumah "serius" biasanya dengan cepat saya akan menjawab "Oh, sudah!! Kita baru saja makan ", padahal sebenarnya saya belum makan.
Dalam lingkungan usaha / dagang, kejujuran sering disebut-sebut sebagai modal yang penting untuk mendapatkan kepercayaan. Akan tetapi sangat kontroversial dan lucunya kok dalam setiap transaksi dagang itulah justru banyak sekali kebohongan yang terjadi. Sebuah contoh saja: penjual yang mengatakan bahwa dia menjual barang "tanpa untung" atau "bahkan rugi" hampir bisa diyakini pasti bohong.
• Nah, jika demikian, lalu dimanakah letaknya kejujuran itu?
• Atau bagaimanakah kejujuran yang dimaksud tersebut dapat diaplikasikan dalam dunia sehari-hari?
Dalam Siu Tao
• Apakah belajar Tao mengejar Kesempurnaan harus tidak pernah berbohong sama sekali?
• Lalu bagaimanakah kita dapat menjalani hidup ini yang juga mau tidak mau "harus" bertopeng?
• Apakah mungkin, kita bisa tidak pernah berbohong sama sekali dalam hidup ini?
Pernah saya mencoba meyakinkan diri bahwa saya memang sudah "Jujur", tapi kemudian akhirnya saya kesulitan menjawab pertanyaan: "Apakah saya tidak membohongi diri sendiri?"
Penulis adalah: Anak Koteka
Jujur jika diartikan secara baku adalah "mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran". Dalam praktek dan penerapannya, secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya.
Kenapa harus jujur?
Saya sering mendengar orang tua menasehati anak supaya harus menjadi orang yang jujur. Dalam mendidik dan memotivasi supaya seorang anak menjadi orang yang jujur, kerap kali dikemukakan bahwa menjadi orang jujur itu sangat baik, akan dipercaya orang, akan disayang orang tua, dan bahkan mungkin sering dikatakan bahwa kalau jujur akan disayang/dikasihi oleh Tuhan. Tapi setelah mencoba merenungkan dan menyelami permasalahan kejujuran ini, saya masih merasa tidak mengerti: "Kenapa jadi orang harus jujur?"
Umumnya jawaban yang saya dapat adalah bahwa kejujuran adalah hal yang sangat baik dan positif, dan kadang saya juga mendapat jawaban bahwa "Pokoknya jadi orang harus jujur!"
Jawaban-jawaban tersebut sampai saat ini memang sudah saya anggap "benar", tapi saya masih selalu tergelitik untuk terus mempertanyakan: "Kenapa orang harus jujur? Apakah baik dan positifnya? Lalu bagaimana juga jika dikaitkan dengan proses Siu Tao ( ) kita?"
Bagaimana bersikap jujur
Selain pertanyaan - pertanyaan diatas, selanjutnya dalam benak saya timbul pertanyaan: " Bagaimanakah kejujuran itu dapat dipraktekkan dalam sehari-hari, serta bagaimanakah sikap kita sebagai (dibaca: agar dapat menjadi) seorang Tao Yu ( ) yang jujur?"
• Apakah kita sama sekali tidak boleh berbohong?
• Dan mungkinkah kita selalu jujur dalam kehidupan sehari-hari ini?
• Ataukah masih ada toleransi bagi kita untuk berbohong dalam hal-hal tertentu atau demi kepentingan tertentu?
Nah, sekali lagi saya mengajak para pembaca untuk merenungkannya bersama!
Contoh yang "Lucu" (dibaca: tidak jujur)
Dalam kehidupan sehari-hari, saya sering melihat (bahkan juga ikut terlibat) dalam berbagai macam bentuk aktivitas interaksi sosial dimasyarakat, yang justru kebanyakannya adalah wujud realisasi dari sikap tidak jujur dalam skala yang sangat bervariasi, seperti:
Sering terjadi, orang tua bereaksi spontan saat melihat anaknya terjatuh dan berkata "Oh, tidak apa-apa! Anak pintar, enggak sakit, kok! Jangan nangis, yach!".
Menurut saya, dalam hal ini secara tidak langsung si-anak diajarkan dan dilatih kemampuan untuk dapat "berbohong", menutup-nutupi perasaannya (sakit) hanya karena suatu kepentingan (supaya tidak menangis).
Selain itu saya juga sering melihat dan mengalami kejadian seperti: Saat seseorang bertamu kerumah orang lain, ketika ditanya: " Sudah makan, belum?", walaupun saya yakin tawaran sang tuan rumah "serius" biasanya dengan cepat saya akan menjawab "Oh, sudah!! Kita baru saja makan ", padahal sebenarnya saya belum makan.
Dalam lingkungan usaha / dagang, kejujuran sering disebut-sebut sebagai modal yang penting untuk mendapatkan kepercayaan. Akan tetapi sangat kontroversial dan lucunya kok dalam setiap transaksi dagang itulah justru banyak sekali kebohongan yang terjadi. Sebuah contoh saja: penjual yang mengatakan bahwa dia menjual barang "tanpa untung" atau "bahkan rugi" hampir bisa diyakini pasti bohong.
• Nah, jika demikian, lalu dimanakah letaknya kejujuran itu?
• Atau bagaimanakah kejujuran yang dimaksud tersebut dapat diaplikasikan dalam dunia sehari-hari?
Dalam Siu Tao
• Apakah belajar Tao mengejar Kesempurnaan harus tidak pernah berbohong sama sekali?
• Lalu bagaimanakah kita dapat menjalani hidup ini yang juga mau tidak mau "harus" bertopeng?
• Apakah mungkin, kita bisa tidak pernah berbohong sama sekali dalam hidup ini?
Pernah saya mencoba meyakinkan diri bahwa saya memang sudah "Jujur", tapi kemudian akhirnya saya kesulitan menjawab pertanyaan: "Apakah saya tidak membohongi diri sendiri?"
Penulis adalah: Anak Koteka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar