Panglima tertinggi TPN/PB-OPM menolak keras segala tawaran dari NKRI
MD---Panglima Tertinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat/Organisasi Papua Merdeka, Damianus M Yogi menyatakan pihaknya tidak bersedia berunding dengan Pemerintah Indonesia.
"Hormat Damianus M Yogi kaliber 45, panglima tertinggi TPN/PB-OPM kawasan
Papua menyampaikan bahwa segala tawaran dari NKRI seratus persen
ditolak keras," kata dia dalam surat pernyataannya, Rabu 22 Agustus Lalu.
Termasuk, dia menambahkan, menolak seratus persen rencana referendum
yang ditawarkan dalam Musawarah Besar Kongres Papua dan sidang segi
tiga.
"Kami pihak TPBN OPM menolak keras, dan kami hanya menerima hak
kedaulatan bagi bangsa Papua Barat serta siap menerima dekolonisasi
penentuan nasib sendiri bagi bangsa Malanesia," ujar Damia.
Damia mengancam, bila dekolonisasi tidak segera direalisasikan, bangsa
Papua akan terus berjuang untuk kemerdekaannya. "Saya tegaskan
TPN/PB-OPM siap berperang melawan dengan NKRI sampai Papua Merdeka,"
tuturnya.
Ia juga meminta Indonesia, Inggris, Amerika Serikat, Belanda,
Australia, dan Italia bertanggung jawab atas banyaknya orang Papua yang
menjadi korban pelanggaran HAM.
"Kami orang Papua banyak yang menjadi korban, jadi Belanda, Amerika,
Australia, Inggris, Italia, Indonesia dan negara-negara lain segera
tanggung jawab atas nyawa orang Papua di hadapan duniawi dan surgawi,"
tegas Damia.
Sementara itu, pasca penembakan anggota polisi oleh kelompok OPM
pimpinan Damia Yogi, situasi Enarotali, Ibukota Paniai dikabarkan
mencekam. Ratusan warga ketakutan, karena 15 warga diduga disiksa dan
lima rumah dibakar.
Namun, Kapolres Paniai AKBP Anton Diance saat dikonfirmasi membantah
hal itu. "Tidak ada penyiksaan dan pembakaran, polisi dalam melakukan
pengejaran sesuai prosedur," tuturnya.
Kapolres juga mengaku bahwa sampai saat ini, pihaknya masih terus
melakukan pengejaran terhadap para pelaku. "Kami masih buru pelaku, yang
diduga kelompok OPM pimpinan Damianus M Yogi," tegas Anton.
Penulis adalah:Anak Koteka |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar